Etika Text-Based Communication

Sekedar coretan netter

Sumpah, ini bukan HP-ku sendiri

Baca-baca post ini, ditambah dengan kejadian yang sedang sering saya alami, jadi pingin nulis tentang etika dalam bersosial lewat teknologi. Based on true story juga, etika berkomunikasi via teknologi itu penting banget. Kadang mungkin nggak sadar, tapi buat yang sudah memiliki sedikit etika seperti saya, kadang ilfil sama yang belum menggunakan etika dengan baik dan benar.

Teknologi yang saya maksud bisa berbagai macam, tapi yang saya fokuskan adalah yang berupa text-based. Bisa sms, chat, twitter, atau komen di blog maupun FB.

Berikut ini mungkin bisa jadi referensi buat yang mengalami hal serupa. Atau mau nambahin? Silahkan komen di bawah…

  1. Emoticon bisa mengubah persepsi pembaca. Siapa sangka sekarang ini tanda kurung, sama dengan, huruf X, huruf D, angka 8, bisa digabung dan berubah menjadi suatu ekspresi dunia maya. Manfaatkanlah emoticon agar komunikasi bisa berjalan lebih menyenangkan. Sebab komunikasi text-based berbeda dengan voice based, nggak ada intonasinya dan arti tanda baca pun bisa berbeda-beda.
  2. Sekarang jamannya asterik word, maksudnya kata-kata yang diawali atau diapit tanda asterik (*). Tanda ini biasanya berarti suatu tindakan fiktif atau pikiran belakang yang gak diucapkan secara langsung. Penting juga nambahin asterik word ini, biar maksud tulisan lebih jelas. Misal, saya barusan bales tweet seperti ini

    jiah, mending gak usah reply *timpuk bata ijo lumutan*

    Bayangin kalo gak ada asterik word-nya, bisa salah sangka tuh yang saya bales. Dikira saya sombong atau marah, padahal itu guyonan belaka. Jadi, bijak-bijaklah memakai asterik word.

  3. Jawablah jika ada unsur pertanyaan. Cukup menyebalkan menunggu jawaban yang tak akan datang dari sebuah sms atau chat yang mengandung unsur pertanyaan. Padahal sudah jelas-jelas ada tanda tanya-nya, masih gak dibalas. Bahkan sampai esok hari atau selama-lamanya. Entah lupa atau gimana, yang pasti ini kadang bisa bikin naik darah. Kalau memang lagi sibuk, lebih baik bales bilang lagi sibuk daripada dibiarkan tanpa balesan.
  4. Jangan biarkan yang ngirim pesan duluan itu ngirim pesan terakhir. Se-GJ apapun smsan atau chat itu, alangkah baiknya yang diajak smsan yang nutup conversation. Meskipun si pengirim pertama itu udah nggak melayangkan pertanyaan lagi, atau bahkan cuma bilang “bye”, ya dibales lah…
  5. Kalau kelupaan bales, ketiduran, atau tiba-tiba harus AFK (Away From Keyboard), ya baleslah selama apa pun itu. Misalkan semalam sms-an, terus ketiduran gak sempat bales, ya dibales besok paginya. Kalau lagi YM-an, terus mesti AFK, sampe-sampe lawan chat itu offline, tinggalkan offline message permintaan maaf. Hal itu akan lebih berarti daripada gak balas sama sekali.
  6. Sekali lagi, bijak-bijaklah menggunakan tanda baca yang baik dan benar. Intonasi dan nada bicara gak berlaku di text-based communication. Tulisan “aku mau keluar..” dengan “aku mau keluar!!” itu bisa diartikan lain, meskipun maksudnya mungkin sama. Terutama buat penulis seperti saya ini yang cukup teliti memaknai tanda baca. Hehe… Kalo bilang kayak gitu, saya jawab deh, “mau dikeluarin di mana!!??”. Hahaha…
  7. Berikanlah salam perpisahan. Untuk memperjelas akhir dari suatu conversation, berilah salam “bye..”, atau “c u..”, atau “oke deh, sampe besok..”, atau sekedar bilang “thanks..”, yang benar-benar menandakan bahwa pembicaraan telah selesai. Atau jika memang belum selesai, sebisa mungkin berilah unsur pertanyaan balik, sekedar basa-basi atau gimana gitu. Jangan biarkan pembicaraan itu mengambang. Misalkan situ tanya,

    “eh, gimana kabarnya, lama gak smsan nih?”.

    Terus lawan bicara jawab,

    “baik-baik aja… kemarin jari kelingking kaki kananku habis digigit tikus nih..”.

    siiingg…… setelah itu sunyi senyap. Nggak asik banget kan, obrolan ngambang gitu. Udah yang jawab gak ngasih pertanyaan balik, yang ngirim juga gak bales lagi. Sama-sama salah deh…

Itulah ketujuh etika text-based communication versi HQ’s Serenity (berasa nonton acara TV). Masih banyak etika-etika lain yang gak terasa sebenernya mesti diperhatikan. Sebab bukan hanya lidah yang menjadi pedang. Sekarang sms atau chat pun bisa menjadi senjata mematikan. Waspadalah, waspadalah!!

11 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.