Surat Untukmu, Hai Sahabat…

Banyak mimpi yang harusnya bisa terwujud cepat bila bersamamu

Maaf, aku nggak ingat hari ulang tahunmu..
Maaf juga, aku nggak ingat tanggal wafatmu..
Maaf sekali lagi, aku ke makammu hanya setahun dua kali..
Masih banyak lagi kata maaf yang harus kuucapkan untukmu..

Maaf, cuma bisa majang nisanmu

Tapi, aku selalu mengingatmu kapanpun dan di manapun. Entah kenapa, penyesalan ini nggak pernah bisa hilang. Aku juga nggak berharap bahwa penyesalan ini bisa hilang. Mungkin penyesalan inilah yang bisa membuatku selalu mengingatmu. Penyesalan yang terlambat, untuk menyadari bahwa kaulah sang sahabat.

Kita terlahir sama-sama dengan kelebihan kita yang orang lain nggak punya. Harusnya, cukup bersamamu saja aku bisa mewujudkan semua mimpi ini. Kau bisa melengkapi apa yang nggak ada di diriku. Kau bahkan selalu melebihiku dalam segala hal. Dulu aku iri, mungkin. Tapi kini, aku kehilangan. Sebuah sosok yang mendampingi, sebuah sosok yang selalu ingin aku kalahkan.

Kalau saat ini kamu masih ada,
Dunia IT-mu pasti lebih hebat dari aku..
Permainan gitarmu jauh lebih merdu dari aku..
Apalagi kamu pinter desain, yang mana aku nggak bisa..
Masih banyak lagi hal yang aku kuasai, tapi kamu pasti melebihiku..

Sekarang aku harus mewujudkan semua ini sendiri. Mencoba mengejar bayanganmu yang selalu ada. Aku mencoba berubah, menjadi sosokmu yang kukenal dulu. Mencoba menyediakan nilai-nilai yang ada pada dirimu. Mencoba menjadi hebat, meski sebenarnya aku lemah. Mencoba berbagi mimpi dengan yang lain, meski tak ada yang benar-benar memahaminya. Aku menyesal, aku yakin kamu pasti bisa lebih memahami mimpi-mimpiku ini.

Sungguh, dunia sekarang terasa hampa tanpamu. Sungguh, ingin kuulang masa-masa kejayaan kita. Saat ini aku seperti menjalani hari-hari tanpa tujuan. Semua orang berkata aku hebat, tapi aku tak merasa bangga sama sekali. Aku harus tetap maju, bukan demi diriku sendiri. Tapi demi orang-orang yang akan sedih bila melihatku jatuh karena ini.

Penyesalan sudah nggak ada gunanya. Aku harus tetap naik ke tempat yang lebih tinggi. Aku percaya kau selalu ada di dekatku, entah mendampingiku, atau menghantuiku. Sayang, aku nggak sempat dengar cerita tentang mimpimu. Aku berharap bisa mewujudkannya dengan tanganku, sendiri. Yang pasti, jika nanti aku menjadi besar dan hebat, pasti karena kamu juga. Kalau dunia ada Nobel Award, aku akan kumasukkan dalam list awal penerima Haqqi Award.

Masih banyak kata-kata yang ingin kutulis, tapi biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu. Sekali lagi, aku ingin mengatakan…

Fajar Rachman Azis, kaulah yang terhebat.

Maaf, aku dulu sempat marah besar padamu, dan kamu pergi saat kemarahanku mencapai puncaknya. Aku menyesal.

Surat yang aneh bukan? Aku nggak ngerti apa di dunia sana kamu bisa buka internet sambil blogwalking ke sini. Tapi setidaknya, apa yang kurasakan kini sudah dibaca orang lain, yang aku percaya bahwa pikiran ini akan tersampaikan. Mungkin aku sudah menyusahkanmu dengan tetap menyesal seperti ini. Tapi ini benar-benar dari hati, yang nggak bisa dihapus lagi.

21 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.