Fokus dan Konsistensi Itu, Gak Cukup Sebentar Saja

Sudah lebih dari setahun, saya setengah nekad menjalani profesi saya ini. Dengan menginisasi sebuah tim kecil, hingga sekarang menjalankan dua buah perusahaan. Dari sejak lulus kuliah tahun 2011 lalu, hingga sekarang, saya tetap konsisten. Berbagai godaan, rintangan, dan halangan, juga telah saya lalui. Ujung-ujungnya, saya selalu mencoba mengambil pelajaran dari sana.

Salah satu pelajaran yang saya ambil adalah tentang fokus dan konsistensi. Seperti judulnya, fokus dan konsistensi itu gak cukup hanya sebentar saja. Otomatis, yang namanya konsisten intinya adalah harus tetap menjalani apa pilihan kita selama mungkin. Sedangkan fokus, menjadi pasangan yang pas untuk memaksimalkan konsistensi tersebut.

Selama setahun ini, yang saya rasakan adalah kurangnya fokus saya. Bukan hanya fokus dalam hal general, tapi juga fokus topic-based, bulanan, mingguan, bahkan harian. Saking banyaknya hal yang harus saya kerjakan, saya tidak bisa fokus dalam satu hal saja. Kalau gak bisa fokus, jadi susah untuk konsisten.

Bingung? Begini maksudnya.

Let say saya sudah masuk dalam sebuah tim, menjalankan sebanyak X pekerjaan dalam kurun waktu Y hari. Belum selesai 1 pekerjaan, sudah ada tawaran pekerjaan lain dalam tim tersebut. Apabila penataan schedule kurang baik, maka bisa jadi hari pertama kerja task A, hari kedua task B, hari ketiga task C, hari keempat balik lagi task B, task A, dan muter gitu aja. Intinya, jadi gak fokus. Dan alhasil, saya gak bisa konsisten kerjakan task tersebut.

Belum lagi, kalau tergiur untuk join di sebuah tim baru, yang sangat mengasyikkan dan menantang. Bukan berarti tim pekerjaan saja, tapi juga komunitas dan kegiatan sosial lain, yang mana di dalam tim baru tersebut pasti juga berlaku sejumlah X pekerjaan dalam kurun waktu Y hari.

Kembali ke tim pertama, muncul ide baru, ide baru, ide baru lagi. Yang mana padahal hukum alam yang berlaku adalah “jumlah ide bagus selalu lebih banyak daripada kemampuan untuk eksekusinya”. Di balik ide tersebut tentu ada tanggung jawab dengan partner, klien, atau rekan kerja lain. Yang mana, gak mungkin salah satu mau ngalah dengan alasan “banyak kerjaan”.

Setumpuk demi setumpuk pekerjaan yang gak terselesaikan tepat waktu, akhirnya bertambah terus. Yang awalnya hanya sekedar important, kini ikut-ikutan menjadi urgent. Bisa-bisa, malah gak terselesaikan (dengan baik) semuanya.

Dari situ, saya belajar tentang manajemen waktu. Yaitu fokus dan konsisten terhadap 1 atau maksimal 2 kerjaan utama dalam suatu kurun waktu (biasanya beberapa hari/minggu) hingga selesai. Jadi, gak bisa cuma sebentar saja fokus, kemudian teralihkan ke hal lain yang mungkin lebih menarik. Selesaikan dulu yang ada! Daripada polanya terulang, dan gak ada yang selesai sama sekali.

Di sela-sela kerjaan tersebut, apabila bosan atau ada waktu senggang, baru kemudian mengutamakan untuk mencicil hal yang important namun tidak urgent, sebelum hal tersebut jadi ikut-ikutan urgent.

Memang saya harus “minta maaf” kepada kerjaan lain yang tidak menjadi prioritas karena bisa jadi terlambat atau tidak sempurna. Lha gimana lagi, udah terlanjur diiyakan. Kalau dibatalkan kan jadi malah kelihatan gak konsisten. Kalau diprioritaskan semua, ya namanya gak punya prioritas. Gak maksimal semua malahan.

Sementara ini, saya juga mencoba belajar menolak. Menolak segala hal yang asyik dan menantang selama ada sejumlah pekerjaan penting yang belum saya selesaikan. Ganbatte!

8 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.