• Home
  • /
  • Life Journey
  • /
  • Relawan Itu Keren – @bloggerngalam Beraksi untuk #PrayForKelud

Relawan Itu Keren – @bloggerngalam Beraksi untuk #PrayForKelud

Nametag Bloggerngalam

Tanggal 13 Februari 2014 lalu, Gunung Kelud meletus pada jam 22:50. Waktu itu, saya baru sampai rumah sekitar jam 10 malam, setelah nongkrong bareng temen-temen. Langsung saja saya pantau timeline, ada beberapa tweet tentang Kelud.

Salah satu tweet teman mengatakan bahwa ada banyak kilat menyambar di atas letusan. Langsung saya naik ke atas genteng rumah. Meski mendung, dari rumah terlihat cukup banyak kilatan cahaya yang dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai Dirty Thunderstorm.

Tengah malam itu, timeline langsung ramai dengan berbagai tweet tentang Kelud, dan tentu saja diiringi dengan berbagai twitpic hoax. Malam itu pula saya determinasi untuk bantu para korban. Sayangnya besoknya masih Hari Jumat, yang mana saya harus masuk kerja. Tapi saya tetap bersikeras, saya harus berangkat meski sendirian!

Tanggal 14 Februari 2014 pagi, si Zen kontak saya, sekaligus woro-woro di milis Blogger Ngalam untuk bergerak menggalang bantuan untuk korban bencana bekerja sama dengan komunitas Malang Cyber Crew dan Kolam. Dalam waktu cukup singkat, terkumpul sejumlah dana. Malamnya kami kopdar untuk mengatur rencana.

Diputuskanlah tim Malang Cyber Crew berangkat malam itu juga, yang cerita lengkapnya bisa dibaca di http://blog.mc-crew.or.id/malang-cyber-on-kelud-prayforkelud.cfm. Sementara karena tim Blogger Ngalam akan jalan besok paginya bersama komunitas BMT Berjamaah Malang yang dikoordinir oleh Umi.

Malam itu pula saya belanja bersama Wina keperluan logistik untuk disalurkan. Sementara itu, Sandy menyiapkan nametag agar kami berangkat tidak seperti turis. Dari tim @BMTBerjamaanMlg sudah dapat donasi berupa 56 box masker yang masing-masing berisi 50 lembar.

Tim Relawan

Tim 11, gabungan antara @bloggerngalam dan @BMTberjamaahMlg

Tanggal 15 Februari 2014 sekitar jam setengah 7 pagi, kesebelas personil yang diagendakan berangkat, berkumpul di rumah saya. Kami berangkat dengan 2 mobil. Saya bertugas sebagai supir mobil pertama, sedangkan mobil kedua disediakan dan disupir langsung oleh @fajarembun, yang mana baru semalam itu dikontak. Untung dia bisa bantu, jadi teman-teman tidak perlu naik ke lokasi bencana dengan menggunakan sepeda motor.

Tujuan pertama kami adalah ke kantor BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Why? Karena kami belum tahu secara spesifik kondisi lokasi bencana, dan terlebih lagi dari kami tidak ada yang berpengalaman jadi relawan bencana sebelumnya. Sehingga, alangkah lebih baiknya kami berkoordinasi dahulu dengan tim setempat.

Setelah berkoordinasi dengan BPBD, serta komunikasi saya dengan teman-teman yang lain yang jadi relawan di tim lain, maka saya putuskan untuk lanjut ke Pujon sambil membawa logistik yang ada. Sasaran berikutnya adalah SDN Ngroto, Pujon.

Tidak ada kendala berarti dalam perjalanan. Setelah tanya lokasi ke penduduk setempat, kami mendarat di TKP. Lokasinya memang serba putih karena abu vulkanik. Di sana kami drop berbagai jenis bantuan, mulai dari makanan, susu, bubur, pembalut, pampers, dan sebagainya. Sengaja kami drop hanya setengah dari barang bantuan kami, agar kami bisa salurkan ke pos yang lain.

Pembagian di SDN Ngroto

Serba putih, bukan foto editan

Setelah dari SDN Ngroto 4, kami mengarah lebih jauh keluar kabupaten Malang. Perjalanan kami terhenti di pasar Mantung, untuk sekedar bertanya kepada warga sekitar, apakah masih ada camp pengungsian yang lebih jauh lagi. Seorang bapak-bapak mengatakan bahwa di bagian atas justru ada pemukiman warga yang mana tidak mau mengungsi. Katanya sih masih harus jaga ternaknya.

Akhirnya kami mengikuti bapak itu untuk naik ke 3 desa di atas Pasar Mantung Pujon. Kami melewati Desa Ndelik dan sekitarnya, yang menurut warga sekitar adalah desa paling tinggi di sana. Cukup banyak perjalanan kami terhenti sesaat karena sambil membagikan masker kepada warga sekitar yang belum menggunakan masker. Padahal kondisi abu vulkanik di sana cukup tebal, bisa hingga 10cm.

Suasana Pembagian Masker

Suasana pembagian masker di Desa Ndelik

Dari cerita si bapak, kalau warga di daerah tersebut hanya membutuhkan masker. Sedangkan untuk bahan makanan dan obat, mereka masih bisa mencari sendiri.

Setelah selesai membagikan masker, saya menyempatkan cek milis sebentar. Ternyata ada info bahwa ada satu lokasi pengungsian baru yang belum mendapatkan bantuan sama sekali, yaitu di SMPN 1 Pujon. Maka saya putuskan untuk ke sana. Berbekal petunjuk dari bapaknya itu tadi, kami berangkat.

Abu pun bisa menjadi media penunjuk jalan

Abu pun bisa menjadi media penunjuk jalan

Sampai di sana, kami bertemu dengan petugas. Memang ceritanya adalah pos di situ baru dibentuk malam harinya, karena ada banyak warga yang turun dari pegunungan di atasnya. Mereka belum sempat koordinasi dengan pos pusat. Bahkan ceritanya, malam itu para pengungsi tidur tanpa alas dan selimut. Cukup miris mendengarnya.

Kami drop semua sisa logistik yang ada di mobil. Sayangnya kami kehabisan stok selimut dan tikar. Namun semoga bantuan kami bermanfaat bagi para pengungsi. Rata-rata pengungsi adalah yang rumahnya rusak karena abu dan kerikil vulkanik. Di pos kali ini, demografi lebih banyak usia tua. Jumlah anak-anak hanya sekitar 15 dari sekitar 300an pengungsi.

Salah satu wajah pengungsi bencana Gunung Kelud

Salah satu wajah pengungsi bencana Gunung Kelud

Karena tim relawan 11 sudah selesai siang hari, saya mengontak adik saya yang akan bergerak menyalurkan bantuan bersama tim @PMIIBrawijaya. Saya arahkan tim adik saya untuk membeli keperluan berdasarkan info yang saya dapatkan di 2 pos pengungsian tersebut. Sementara itu, tim relawan 11 kembali ke kediaman masing-masing.

Sempat istirahat siang sebentar, setelah itu jam 3 sore, saya nyupir lagi ke arah Pujon. Cukup pusing akibat saya bangunnya karena kaget. Tapi saya tetap semangat untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ini. Tujuan saya sementara itu tetap ke 2 pos pengungsian yang sebelumnya sudah kami datangi.

Sengaja kami tidak drop bantuan di Kota Batu, karena kami rasa pos pengungsian di Kota Batu sudah mendapatkan cukup banyak bantuan. Selepas maghrib, rombongan relawan terakhir kembali ke rumah saya, untuk kembali ke tempat masing-masing.

Kesimpulannya, situasi area bencana letusan Gunung Kelud di daerah Pujon tidak sedramatis yang ada di pikiran. Pikiran kami sebelumnya, begitu sudah sampai di lokasi, kami akan langsung diarahkan untuk evakuasi orang, angkat-angkat orang yang terluka, masuk dapur umum untuk bantu masak, dan sebagainya.

Bisa jadi kami tidak mengalami itu karena kami kurang terjun masuk di dalam tim relawan lokalnya. Kami lihat pula, jumlah relawan pada waktu itu sudah cukup banyak untuk menghandle lokasi. Para tentara pun diturunkan untuk membantu para relawan. Untuk saat ini kami hanya bisa melakukan distribusi bantuan. Saya pun merasa kurang maksimal, tapi masih okelah.

Overall, saya sangat menikmati ketika jadi relawan seperti ini. Agenda rapat urusan Omah Sehat Catering hari itu pun sengaja saya batalkan agar saya bisa terjun ke lokasi bencana. Ingat relawan, jadi ingat waktu dulu beraksi sebagai relawan lingkungan di Pantai Mangkang. Huaaah, harus segera bebas waktu biar bisa beraksi sosial lagi dengan bebas!

Beberapa blog post dari teman-teman lain:

http://sandynata.wordpress.com/2014/02/16/jadi-relawan/
http://blog.mc-crew.or.id/malang-cyber-on-kelud-prayforkelud.cfm
http://umihabibah.net/behind-kelud-volcano-eruption/

Dokumentasi video dari @_sandynata:

http://www.youtube.com/watch?v=C_dNqa6Izq8

13 Comments

Leave a Reply to Goiq Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.