Mangkang Camp – Day 2

Mulai merasakan hidup nyaman di desa

Hari kedua, terbangun di pagi hari dengan keluhan dari peserta jepang dan Finlandia yang digigit nyamuk semalaman. Haha. Kita sarapan bareng, dengan roti tawar dan beragam selai yang sudah dibeli kemarin. Sedikit cerita-cerita dan masih canggung dalam obrolan sih.

Saya dapat jatah sebagai Cooking team bersama 5 orang lainnya. Paginya, jadwal kita adalah jalan-jalan ke pasar tradisional. Peserta masih berjumlah 12 orang total. Karena satu orang dari Jepang belum datang. Kita naik dokar, 2 orang tinggal, 1 orang mengurus ijin untuk school visit besok, 7 orang naik dokar, dan 2 orang naik ojek. Kita jalan-jalan untuk nyari bahan masakan buat beberapa hari ke depan.

Saya bertugas masak untuk makan siang. Karena adanya tempe, ya saya niatkan masak tempe goreng seperti biasa, ditambah masak indomie goreng campur sayur, dan sambal terasi. Bedanya, kali ini masak untuk 12 orang. Ya, 12 orang!! Untungnya saya dibantu ngupas bawang, nguleg ketumbar, motong sayur, dan sebagainya sama temen-temen bule yang juga satu team.

Sebelum makan siang, ternyata satu teman dari Jepang itu datang. Namanya Ai, seorang cewek umur 22 tahun, berkacamata tebal dan berambut cepak. Cukup friendly dan ternyata pembelajar yang aktif. Cepet sekali learning bahasa indonesia.

Alhamdulillah, mereka suka dengan masakan saya. Kimura malah makan tempe berkali-kali karena memang suka. Mie-nya banyak yang suka, padahal mie instant biasa dicampur sayur. Hehe. Sambal buatan saya juga diakui enak dan habis dimakan. Foto menyusul ya. Hehe..

Karena nggak ada laptop, saya memanfaatkan Facebook status untuk merekam kejadian-kejadian selama work camp. Alhasil saya jadi terlihat cukup nerd di sana, sering sekali pegang HP. Padahal aslinya cuma buka facebook dan cek email. Yang bikin lama itu nunggu koneknya, dan kecepatan aksesnya. Byuh, lamanyoooo… Jadi, maaf ya yang kebanyakan baca status gak penting saya. Hehe.

Habis makan, kita ada sesi Indonesian Class. Peserta dari indonesia, termasuk saya ngajarin sedikit bahasa indonesia dan culture yang ada. Antusiasme sedikit kurang sih karena sepertinya pada capek semua habis jalan-jalan ke pasar paginya itu. Tapi si Ai semangat banget, padahal baru saja sampai di Indonesia setelah flight yang lumayan panjang.

Sorenya, kita semua jalan-jalan keliling desa. Mengamati betapa kotornya lingkungan desa ini, karena kurangnya kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempat sampah. Waktu saya mencoba tanya ke salah satu guru SD di sana, jawabannya malah aneh. Mereka bilang ini salah pemerintah, karena gak ada sangsi buat yang buang sampah sembarangan. Jadi percuma ngingetin warga dan anak-anak untuk buang sampah pada tempatnye. Lucu ya? Padahal beliau itu guru loh. GURU!!!

Kita jadi tahu ternyata sarang nyamuk itu ternyata di got yang mengendap dan sangat-sangat kotor dengan berbagai sampahnya. Buanyak loh nyamuknya, sumpah (lagi-lagi foto menyusul).

Kita menyusuri jalan setapak yang mengelilingi tambak kecil, rumah-rumah warga, dan tentunya dengan disambut riang anak-anak yang ngelihat bule. Meski sebenernya mereka sudah sering sih lihat bule, secara ini adalah camp ke 13 di tempat yang sama. Setelah selesai, kita istirahat sambil cerita-cerita lagi.

Malamnya kita makan masakan dari Belgia, yaitu Stump. Ternyata dulu waktu ada event AISEC di kampus, saya pernah makan masakan ini. Bahannya cuma kentang, wortel, telur ayam, susu sapi, dan sedikit bumbu penyedap. Kentang dan wortel dimasak sampai lembut, terus dihancurkan. Dicampur dengan kuning telur ayam dan susu sapi, serta mentega. Bagi orang jawa asli, pasti ngerasa eneg deh. Tapi karena saya memang suka masakan barat, jadi enjoy aja nyoba masakan ini. Dan ternyata memang enak. Setelah sampai di rumah, saya berniat masak ini buat keluarga.

Malamnya kita prepare buat school visit yang diadakan besoknya. Saya sih, mikir sederhana dan let it flow saja untuk besoknya. Tapi ternyata sifat menggampangkan yang saya miliki karena pengalaman mengajar ini nggak berlaku untuk pengajaran SD! Sumpah! Akan saya ceritakan di post berikutnya mengapa demikian.

Kita siapkan banana dance yang cukup lucu, hangman game untuk perkenalan, dan lesson untuk mengajari membuang sampah organic dan non-organic.

Malamnya, sebelum tidur kita masang jaring anti nyamuk dulu, peninggalan peserta dari korea sebelumnya. Eh, giliran nyamuk teratasi, ternyata malam itu banyak tikus masuk. Dari celah yang sangat kecil dan tidak diperkirakan, masuk 2 ekor tikus. Peserta cowok dari Jepang langsung heboh, dan saya ngakak. Haha, lucu banget.

Belum lagi waktu ngelihat ada kecoa di lantai, semua juga heboh, termasuk yang cewek. Saya ambil sapu lidi, terus pukul tuh kecoa. Si kecoa yang malang mati, saya pegang kumisnya, saya angkat dan saya buang. Jadi pahlawan deh malam itu.

Katanya, peserta dari Jepang itu gak bisa tidur cepat karena menata barang-barang sedemikian rupa untuk menghalangi masuknya tikus. Paginya saya lihat printer sudah menutupi lubang itu. Haha. Tapi katanya mereka tidur nyenyak karena nyamuk sudah teratasi dan mereka memang sudah kecapaian.

Masih banyak kejadian seru lainnya yang nggak bisa saya tuliskan semuanya. Pokoknya, ini pengalaman yang tak terlupakan lah. Saya sendiri sudah menargetkan untuk ikut work camp lagi setelah skripsi saya beres. Target berikutnya adalah ke Jepang! Semoga sukses! Amiiin…

One Comment

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.