Pengalaman Seleksi PPAN 2011

Sebuah post yang panjang, sengaja saya jadikan satu biar enak dibaca. Enak apa muneg ya?

Disclaimer: Nama yang disebut di post ini hanyalah fiksi semata. Kesamaan nama dan sifat serta apa yang terjadi di post ini tidak ada hubungannya dengan kejadian nyata.

Baru menginjak lab pribadi sambil ngantuk-ngantuk, langsung nulis ini deh biar gak lupa. Semoga ini bisa jadi lembaran kenangan dan refleksi bagi saya dan siapapun di masa datang.

Sekitar 1 bulan yang lalu, saya nemu info menarik di website Kemenpora. Isinya tentang dibukanya pendaftaran program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2011. Tapi gak bisa mendaftar secara langsung, melainkan dari tiap propinsi. Oh, otomatis ada seleksi yang diadakan di propinsi. Dan dari kabar-kabar yang saya dengar sih, ini diutamakan yang bisa seni dan budaya lokal daerahnya. Langsung saya mikir ulang deh.

Sekitar 2 minggu yang lalu, saya dapat info di Facebook maupun di email kampus. Isinya tentang dibukanya pendaftaran calon peserta seleksi PPAN 2011 yang diadakan oleh PCMI Jawa Timur. PCMI sendiri adalah organisasi yang berisi seluruh alumni PPAN tahun sebelumnya. Saya mikir lagi, saya kan nggak bisa budaya. Di bidang seni, saya cuma main gitar dan nyanyi. Itu pun di band aliran Jepang yang alirannya sendiri bukan aliran band terkenal Jepang.

Eh, tapi saya pingin banget ke Jepang, yang termasuk di salah satu mimpi saya. Rencana yang sudah saya share ke temen Jepang yang bareng Mangkang Camp, saya mau ikutan middle term yang diadakan oleh NICE. Kebetulan di PPAN itu ada juga program ke Jepang, atau tepatnya ASEAN. Siapa tahu dengan portfolio saya selama ini, meski saya bukan orang seni budaya, saya bisa lolos. Amiin.

Awal mulanya…

Meski lagi repot dengan seabreg kegiatan, waktu saya lihat syarat pendaftarannya yang lumayan mudah dicerna, dan gak sampe bikin karya tulis berpuluh-puluh halaman, saya langsung daftar aja. Waktu koordinasi sama kemahasiswaan kampus sih, katanya saya saja pendaftar dari kampus saya. Tapi ternyata, waktu pengumuman tahap adminisrasi, ternyata selain saya, ada temen se-tim Mimi Creative si David, Mutiara, Arlingga, Januar, Ananditya, Ony, dan Fitri. Balik ke persiapan, saya update sedikit aja CV saya yang memang sudah lama ada untuk berbagai keperluan. Administrasi lainnya, tinggal isi formulir dan fotokopi KTP. Untuk tugas jawab pertanyaan tentang motivasi dan sebagainya, juga nggak terlalu sulit. Cuma maksimal 2 halaman yang memang bisa diselesaikan dalam waktu 2 jam. Saya submit ke PCMI Jatim bareng David dan Januar, dengan dibiayai kampus untuk pengirimannya. Enak ya kuliah di kampus saya. Hehe…

Seleksi wawancara, pulang kemalaman, tapi menyenangkan..

Saya apply dengan prioritas no 1 ke Jepang, meski saya tahu di SK Kementrian, quota cowok untuk program Jepang dari Jawa Timur itu nol, cuma ada 1 cewek aja. Tapi, gpp lah. Kalau memang nggak bisa, ya sapa tahu diprioritaskan untuk program lainnya, atau sapa tahu dapat pengalaman dari seleksi kali ini, biar kalau nggak lolos, seleksi tahun depan bisa lebih ada gambaran. Semua bisa diambil hikmahnya kok.

Tahap tes tulisnya…

Alhamdulillah saya lolos tahap administrasi bersama sekitar 280 peserta lainnya. Sabtu tanggal 26 Februari 2011, ada tahap tes tulis dan wawancara yang diadakan di gedung Dispora Jawa Timur. Saya berangkat ke TKP berlima, bareng David, Januar, Mutiara, dan Arlingga. Awalnya mau pakai mobil kampus, tapi karena sedang dipakai semua, pihak kemahasiswaan bilang pakai travel saja, nanti uangnya diganti kampus. Enak banget ya support kampus saya ini. Hehe…

Saya sedikit kecewa dengan waktu pelaksanannya. Tertulis bahwa registrasi peserta adalah jam 8, dan kami ribet dengan jam pemesanan travel. Sudah dibela-belain berangkat jam 4 dengan harus siap jam 3, yang artinya harus mandi di tengah dinginnya hawa udara pagi Kota Malang, eh ternyata proses registrasi terlambat sampai jam 10an. Tapi, hitung-hitung waktunya observasi peserta lainnya lah. Dan memang, acara seperti ini sering jadi ajang reuni ketemu teman lama. Haha…

Tes tulis meliputi tes pilihan ganda dan essay. Pilihan ganda topiknya adalah matematika umum dan bahasa inggris. Sedangkan essay-nya adalah project plan yang akan dikerjakan bila lulus dari program ini. Saya yakin lolos di tahap ini, karena memang saya merasa nyaman mengerjakannya. Dan ternyata, memang saya lolos dengan peringkat kedua. Alhamdulillah. Beberapa teman saya juga lolos, yaitu Mutiara, David, dan Januar.

Tahap wawancaranya…

Setelah pengumuman, saya sadar kalau tes wawancara bakal lama. Dari 280an peserta, diambil 80 terbaik dengan rasio 40 cowok dan 40 cewek. Wawancara dibagi 8 sesi, 10 peserta tiap sesi. Setiap peserta wajib menuju 5 pos wawancara yang terdiri atas Psikologi, Wawasan Kebangsaan dan Internasional, Bahasa Inggris, Kebudayaan, dan Organisasi. Masing-masing sesi diperkirakan akan membutuhkan waktu 30 menit dengan total 4 jam. Itu berarti, kalau mulainnya jam 3, berarti selesai jam 6. Tapi acara gini pasti molor. Saya sih dapat urutan pertama, tapi teman saya ada yang dapat urutan terakhir. Mau nggak mau mesti nungguin, karena kita berangkat bareng, pulang juga mesti bareng donk. Dari TKP selesai jam 8.

Saya cukup yakin dengan kemampuan bicara saya yang sekarang ini, ditambah dengan portfolio yang memang sebenar-benarnya usaha saya sendiri dan asli gak pake 68%, saya bakal lolos menuju 24 besar. Pengumuman akan diberikan beberapa hari setelahnya. Alhamdulillah, setelah membaca website PCMI setelah saya ndosen (baca: ngajar kuliah) selasa sore, ternyata nama saya tercantum di dalamnya. Itu artinya, hari Sabtu dan Minggu saya gak akan bisa menyelesaikan kegiatan rutin saya. Dan itu juga berarti bahwa saya harus selesaikan naskah PC Mild dan PC Media sebelum hari Jumat, padahal deadline hari Sabtu dan saya berencana kerja hari Sabtu itu. Ditambah lagi masih ada #skripsi yang mesti nunjukin progress ke dosen pembimbing. Fyuh… Semangat!!

Sebelum berangkat karantinanya…

Karena saya masuk seleksi tahap karantina, jadi pingin prepare buat latihan nari. Soalnya pasti ada perform seni budaya di program ini, mau gak mau ya jadi belajar. Saya ini fast-learner, sapa tahu dalam waktu sedikit bisa kuasai satu tarian. Dulu sudah pernah ngobrol-ngobrol sama @puputXp soal ngajari saya nari, dan dia setuju aja. Pengumuman kan Selasa sore, saya rencana latihan Rabu, Kamis, dan Jumat.

Saya belum pernah ketemu fisik secara langsung sama @puputXp ini loh. Saya cuma kenal lewat FB setelah saya nonton acara pagelaran ulang tahun Sanggar Tari Karawitan bulan lalu. Kebetulan beberapa bulan terakhir saya memang tertarik mempelajari tentang seni budaya terutama tari setelah ikutan PPKPI 2010 kemarin. Jadi saya sering nonton pagelaran tari di kampus sebelah. Saya nonton dia nari, dan gerakannya keren banget. Nah, hari Selasa malamnya saya propose ke dia untuk ngajari saya nari, dan ternyata cuma bisa Kamis siang dan Jumat pagi. Okelah, saya jagain sama belajar gitaran Rek Ayo Rek, udah untung dia mau ajarin di tengah kesibukannya.

Kamis jam 2 saya sudah di rumah @puputXp, dan baru kenalan di depan rumahnya. Nekad banget ya saya ini? Haha, nggak juga, kalo emang sama-sama suka bersosial, lagian udah kenal di jejaring sosial, ya oke-oke aja. Gak pake banyak basa-basi, langsung diambilin player dan nyetel lagu jawa. Terus diajari tarian dari gerakan per gerakan deh. Nama tariannya adalah Tari Topeng Bapang, yang asalnya dari Mbah Karimun. Btw, dulu waktu Mbah Karimun masih hidup, saya pernah ke sana untuk menjenguk bareng temen-temen kampus loh. Jadi tahu secuplik riwayat hidupnya.

Buat saya yang nggak pernah nari, menghafal gerakan bisa jadi cukup susah. Belum lagi posisi gerakan yang bener itu susahnya minta ampun supaya bisa sama dengan si guru @puputXp. Dia sih sudah nari sejak TK sampai semester 8 ini, jadi gak heran gerakannya keren banget. Tapi alhamdulillah, dalam waktu yang hanya 2-3 jam, saya bisa menghafal gerakan sampai durasi 3 menitan dari 5 menitan versi pendek tarian ini. Terima kasih banyak buat @puputXp yang sudah mengajari saya dengan sepenuh hati di tengah kesibukannya yang luar biasa *peluk sambil puk-puk*.

Kamis malamnya, saya berencana mengerjakan naskah PC Mild edisi 08/2011. Tapi karena malam itu spidi lagi bikin emosi, akhirnya saya keluar potong rambut dulu, hitung-hitung memanfaatkan waktu untuk memperbaiki panjang rambut. Eh ladalah, diajak teman nongkrong di cafe setelah potong rambut. Karena prinsip saya sekarang ini adalah “utamakan teman daripada urusan pribadi kalau nggak mendesak”, saya oke aja. Tapi emang sampai pulangnya juga, meski udah menjelang ganti hari, si spidi juga belum nyambung-nyambung. Oke, kerja besok paginya aja.

Jumat jam setengah 8, mata saya masih kriyep-kriyep. Harusnya saya janjian untuk latihan tari Bapang sesi selanjutnya bareng @puputXp, terus nyewa kostum buat perform. Tapi apa daya, daripada redaksi marah-marah karena saya ngirim naskahnya telat, jadinya saya prioritaskan ngerjain naskah dulu. Dan naskah yang harus saya selesaikan adalah 4 rubrik dengan estimasi pengerjaan tiap rubrik adalah 2 jam. Itu berarti saya akan selesai sekitar jam 4 sore. Padahal jam 6 sore itu sudah harus sampai di Surabaya untuk acara pra-karantina, dan saya janjian sama satu peserta lain dari Malang untuk berangkat jam 2. What the hell??

Ngebut dan ngebut, alhamdulillah sudah selesai setelah Jumatan. Tapi karena lagi-lagi spidi bikin emosi, saya gak sempat upload naskah. Okelah, malamnya aja pinjam laptop teman.

Kharis namanya, rekan seperjuangan yang janjian sama saya. Katanya dia juga bareng Mofit dan Mukti dari kampus yang sama. Janjiannya sih jam 13:45 sesuai kesepakatan. Tapi karena saya baru selesai nulis naskah dan putus asa untuk upload jam setengah dua, saya sms untuk konfirmasi bahwa saya baru bisa sampai terminal jam 2, kalau mau ninggal ya tinggal aja. Tapi katanya sih tenang aja, masih nunggu yang lainnya juga kok. Di sini saya pikir dia udah di TKP dari jam setengah dua itu. OMG, saya telat!

Jam dua lebih sedikit saya sampai di sana, udah cemas bakal ngelihat wajah mereka sinis karena saya terlambat (ya meski saya sudah konfirmasi sih). Eh ladalah, ternyata mereka belum sampai. Saya telepon, ternyata katanya masih di jalan. Oke, saya pikir paling lama setengah jam sudah sampai lah.

Tapi, ternyata saya tunggu sampai jam 3 lebih nggak datang-datang. Dan dari jam setengah tiga saya telpon gak diangkat-angkat. Ya udah, daripada saya sendiri yang telat, ya sory saya tinggal. Toh dia gak angkat telpon saya. Ternyata waktu bus baru mau berangkat, dia sms kalau udah di terminal. Jadi ngerasa bersalah deh.

Prakarantinanya…

Di pengumuman yang diberikan panitia, bakal ada sesi prakarantina. Jadwalnya ngumpul di Taman Bungkul Surabaya jam 7 malam. Sebelumnya kami para calon peserta sudah rundingan dan memilih Pak Lurah dan Bu Lurah sebagai koordinator, dan mereka menginstruksikan untuk kumpul dulu jam 6-nya. Tapi karena kondisi berkata lain, Surabaya sedang hujan deras, akhirnya lokasi diubah ke Gramedia Expo. Dari jam 5 sampai jam setengah 7, saya berdiri sendirian di terminal Bungurasih sambil bawa tas punggung guedhe dan gitar. Berasa jadi pengembara yang kehilangan arah. Haha…

Nyoba sms temen, ternyata kebetulan dia lagi di Bungurasih. Saya minta bantuan untuk nganterin ternyata bisa. Alhamdulillah, memang nggak ada ruginya punya banyak temen. Dia adalah Zainil Bahri, temen yang kenal cuma semingguan dari program PPKPI 2010 silam. Terima kasih banyak buat Zainil Bahri atas bantuannya *sungkem*.

Sampe di Gramedia Expo, kita nunggu peserta lainnya. Eh ternyata panitia udah ngerjain. Kita disuruh pindah tempat ke Dispora dan harus sampai tepat jam 8 malam. Telat, akan digugurkan dari seleksi dan digantikan dengan peserta lain. Wow, sangar!

Mikirnya prakarantina sih, paling cuma briefing sebentar, ngasih rundown acara, dan peraturan-peraturan lainnya. Ternyata nggak gitu. Dari prakarantina aja, kita sudah digembleng. Ada 2 peserta terlambat, Kiky dan Lucky yang langsung berangkat dari Jogja, langsung suasana jadi suram. Alhasil mereka dapat konsekuensi untuk jadi time keeper. Kita diminta memperkenalkan diri masing-masing. Karena waktu hanya terbatas, dan kegiatan saya memang buanyak, jadi gak bisa cerita semuanya. Tapi at least yang ada di halaman ituh sudah tercover sebagian lah.

Dari perkenalan aja udah terlihat, peserta lainnya punya pengalaman dan kehebatan yang nggak kalah unik dan luar biasa. Saya salut sama mereka. Ada yang udah pernah keluar negeri di berbagai acara, aktivis budaya lokal, sampai guru juga ada. Oke, di sesi awal cukup minder. Tapi, mesti tetep SEMANGAT…!!!

Setelah sesi perkenalan, kita dibagi jadi 3 kelompok, 8 orang per kelompok. Saya dapat no Pa10, dan masuk team A. Ternyata team A isinya ada 4 peserta yang tahun kemarin juga masuk tahap karantina. Mereka adalah Pak Lurah Ika (cowok loh) yang jaim, Chandra si tukang gambar, Eflin sang super MC yang suaranya keren, dan Oca yang jago bikin ide ice breaking. Lainnya adalah Kharis, Gebya sang deklarator puisi, dan Kiky yang suaranya keren buat baca puisi. Eh, ternyata Chandra ini pernah hadir di suatu seminar pas saya jadi pembicaranya loh. Jadi malu… Hehe… :p

Tiap kelompok mesti perform sesuatu dan harus dapat minimal 10 penonton. Padahal itu sudah malam dan di gedung dispora. Tapi, yang namanya orang-orang luar biasa pasti gak kehabisan akal. Ada aja yang ditampilkan. Keren deh pokoknya.

Nggak cuma itu, kita satu angkatan diminta untuk perform suatu pertunjukan bareng-bareng. Yah, kena semprot lagi karena ide-idenya kurang kreatif dan memang nggak kompak. Saya sih maklum, karena belum muncul pemimpin atau art director yang bisa menentukan jalannya skenario. Dan lagi, entah peserta yang pada terlalu aktif atau jalan pemikiran Pak Lurah dalam instruksi perform malam itu kurang bisa dicerna dan nggak efektif, jadinya banyak peserta lain yang berusaha memunculkan ide lainnya. Ya mau nggak mau prosesnya jadi lama dan kena semprot lagi.

Panitia juga mengumumkan tentang peraturan umum acara karantina. Intinya adalah “acara sepenuhnya merupakan hak panitia”. Jadi, gak ada rundown dan bisa berubah sewaktu-waktu. Gila amat, tapi saya makin excited.

Acara prakarantina ini berakhir sekitar jam 1 malam, dengan ditambah sedikit briefing untuk memperbaiki penampilan. Saya mengajukan diri sebagai art director setelah dalam beberapa saat nggak ada yang tunjuk tangan. Rekan saya yang bantu adalah Nabila, seorang mahasiswi yang bersemangat. Karena saya gak jadi nginep rumah Zainil Bahri, saya nginep di kos Pak Lurah Ika yang ternyata pecinta hamster. Di kamarnya ada banyak hamster lucu-lucu yang entah dalam imajinasi saya, saya berpikir gimana seandainya hamster-hamster itu dilepas begitu saja di kamar, tanpa ada kandang. Haha..

Satu peserta sudah gugur di tahap ini karena masalah kesehatan. Aryo yang berbadan besar ternyata punya penyakit pribadi yang membuat dia gak tahan digembleng seperti itu. Daripada nantinya bermasalah, dia dengan besar hati mengundurkan diri dan bersedia diganti.

Hari pertamanya…

Kita janjian ngumpul di TKP jam setengah 6 untuk latihan perform keseluruhan angkatan. Kita gabungkan nyanyian Rek Ayo Rek dengan puisi dan tari. Latihan dijadwal sampai dengan jam 7, karena jam segitu harus sudah registrasi di Aula. Dengan mata berat, kita semua tetep semangat latihan. Bayangin, cuma tidur 2 jam aja.

Registrasi selesai. Seluruh peserta diminta mengumpulkan handphone dan segala perangkat komunikasi lainnya ke panitia. Seluruh peserta dilarang melakukan hubungan dengan dunia luar selama masa karantina. What?? Padahal biasanya setidaknya saya cek email 4 jam sekali. Ya sudah, mau gimana lagi.

Saya sedikit lupa gimana rundown-nya. Hari itu kita pakai baju formal, dengan kemeja lengan panjang dan celana kain, ditambah dasi dan sepatu fantofel. Setelah pengumpulan handphone, kita didudukkan berpasangan cowok dan cewek, dengan istilah couple. Setiap orang wajib bertanggungjawab terhadap hadir tidaknya couple di setiap sesi. Saya dapat pasangan cewek surabaya, Aulia yang awalnya kelihatannya pemalu. Tapi ternyata, ketawanya keras dengan suara besar kayak cowok. Haha… *peace buddy* πŸ˜€

Setelah itu kita diminta untuk mengenal lebih jauh setiap couple nya. Mulai dari tanggal lahir, kerjaan orang tua, sampai nomer sepatu. Kebetulan saya gak dapat giliran untuk memperkenalkan couple nya.

Entah couple dulu atau acara ini dulu yang mulai duluan, kita dikumpulkan jadi satu kelompok kecil lagi. Saya mengajukan diri jadi koodinator team A karena setelah beberapa saat waktu ditanyai panitia nggak ada yang ngacung, daripada nantinya kena semprot lagi, saya inisiatif deh. Lagian gak lucu kalo Pak Lurahnya ngajuin jadi ketua team lagi. Kita diminta membuat logo yang merepresentasikan kelompok masing-masing. Untungnya di setiap kelompok ada desainernya. Di team A ada Chandra, di team B ada Dimas yang koplak, di team C ada Agri yang gerakannya semlohay.

Setelah sesi itu, kalau nggak salah kita masuk ke sesi debat dan dibagi menjadi 8 kelompok. Enak ya angka 24, bisa jadi banyak pembagian. Saya satu tim dengan Mellisa yang englishnya keren banget meski dia anak IT, dan Amel yang tariannya keren banget meski agak kurang pede. Alhamdulillah bisa kita selesaikan dengan baik.

Makan siang di sela-sela acara debat. Setelah debat, ada sesi lainnya yang gak kalah seru. Nama sesinya adalah sudden speech. Apa itu? Kita semua duduk melingkar, terus setiap peserta mengambil undian. Isi undian itu adalah topik random yang harus dijelaskan oleh peserta selama 5 menit dengan bahasa inggris. Di sini kemampuan berkreasi akan diuji. Saya mengajukan diri sekitar urutan keempat setelah beberapa saat nggak ada yang mengacungkan tangan. Lagi-lagi begini. Sebenernya saya nggak terlalu suka untuk terlalu sering jadi pioneer sih. Sebab ada kemungkinan untuk saya dikira mau expose sendiri. Tapi mau gimana lagi, daripada kena semprot semua.

Setiap peserta dapat 2 kesempatan ngambil undian. Kalau undian pertama sudah dirasa cocok, ya gak usah ambil lagi. Saya awalnya dapat topik yang aneh dan saya nggak tahu apa-apa, akhirnya coba kesempatan kedua dan dapat topik “Yos Sudarso”. Hamsyong, ini juga gak seberapa ngerti. Saya iseng ini adalah composer, karena memang saya lupa. Eh tapi inget-inget dikit, ini adalah nama pahlawan. Saya sebut deh pahlawan. Panitia jelas ngakak denger penjelasan saya.

Saya ingat-ingat lagi, kayaknya pernah dengar cerita ini deh. Oia, itu waktu acara ultah TPC yang salah satu sesinya adalah kunjungan ke angkatan laut di Surabaya. Waduh, nyesel waktu itu gak saya ingat baik-baik penjelasan dari pak tentara. Yang saya ingat si pahlawan memimpin 3 kapal dan salah satunya kalah. Cuma itu aja. Bodoh banget, jadi gak all out deh sudden speech saya.

Topik lainnya gak kalah asing. Ada MRT, Mindanau, Diaspora, dan sebagainya. Peserta lainnya pun gak kalah kagok. Ada juga topik yang gampang seperti Supermoon, Umar Patek, dan Soe Hok Gie. Tapi ternyata peserta yang dapat topik gampang itu pun nggak seberapa ngerti. Untung-untungan memang. Seru juga sesi ini, saya semakin excited sambil terus observasi keunikan setiap peserta yang bisa saya pelajari.

Malamnya kita perform seni budaya. Sebelum sesi, saya benar-benar terkagum dengan all out dari setiap peserta lainnya. Mereka pakai kostum daerah lengkap. Yang nari pakai kostum nari lengkap. Yang pertunjukan seni juga setidaknya pakai pakaian daerah. Cuma saya, Mirsya, dan Agri yang nggak pakai baju daerah. Apalagi saya, cuma perform lagu Rek Ayo Rek yang memang nggak perfect karena kurang latihan. Saya menyesal banget nggak bisa all out di sesi itu, akibat kurang latihan dan persiapan. Nggak mau alesan lain sih, intinya menyesal aja. Harusnya bisa lebih all out dan membuat sensasi tersendiri. Harus lebih baik lagi nih. Semangat!!

Yang lucunya, di tengah ketegangan perform, tiba-tiba Mofit teriak “Ale candro…” berkali-kali. Awalnya mikir nih semua, apa lagi stress sampe jadi segitunya? Haha, ternyata peserta yang ngantuk dan nggak konsen diberi kertas kecil oleh panitia, yang isinya sebuah instruksi untuk melakukan hal-hal lucu. Ada Mukti yang tiba-tiba nyanyi You Know Me So Well ala Sm*sh, ada Aulia yang tiba-tiba ngajak SKJ, ada Agri yang tiba-tiba joget papatume. Haha, konyol banget deh semuanya…

Nggak cuma perform individu. Malemnya kita disuruh persiapan perform setiap kelompok. Fyuh, sudah malam dengan kondisi super capek, kita diharuskan untuk berpikir dan berkoordinasi kelompok. Alhasil di kelompok saya yang isinya kebanyakan para pioneer jadi sedikit crash deh. Saya sendiri jadi sedikit naik darah waktu ide kelompok kurang kreatif, konsep nggak selesai-selesai akibat setiap anggota punya ide-ide tanpa implementasi, dan ide yang coba saya share dibantah sama anggota lainnya. Jadi nggak enak deh. Tapi paginya sebelum senam saya minta maaf ke mereka semua. Bener-bener nggak enak dan saya merasa bersalah.

Setengah dua malam kita baru selesai dan boleh balik ke kamar untuk tidur. Saya sekamar dengan Vikhi yang punya postur kurus tinggi. Kita sedikit cerita-cerita seputar acara sebelum ketiduran. Jam 2an saya baru ketiduran, dan kebangun oleh alarm jam tangan saya sekitar jam setengah 5. Kampret, lagi-lagi cuma tidur 2 jam. Soalnya kita semua harus siap di lapangan untuk senam pagi jam setengah 6.

Hari keduanya…

Dengan tampang cuma habis wudhu, jam setengah 6 pagi kita semua sudah kumpul di lapangan. Panitia belum lengkap. Maklum sih, mereka pasti bekerja lebih keras dari peserta. Saya pernah kok ngerasain jadi panitia acara kayak ginian yang sampai nginep-nginep segala. Benar-benar menguras otak dan tenaga. Kita langsung senam pagi dan bikin games kecil-kecilan. Panitia baru muncul sekitar jam setengah 7 untuk ngasih senam pagi dan briefing.

Saya pikir, setelah olahraga pagi bakal ada waktu untuk mandi dan persiapan sebelum sesi berikutnya. Tapi apa yang terjadi? Sungguh out of the box. Kita dikumpulin lagi dan dibuat kelompok baru dengan jumlah anggota anak Surabaya rata setiap kelompoknya. Masing-masing kelompok diberi amplop berisi uang 50 ribu dan 2 nama tempat bersejarah di Surabaya. Ya, kita diminta untuk menuju lokasi tersebut yang berbeda-beda setiap kelompoknya. Nggak boleh bawa dompet, dan hanya cuma boleh bawa cadangan 50 ribu setiap orangnya.

Saya sekelompok sama Aulia sang buddy saya, Agri sang desainer produk, dan Sarah yang gak kalah lucu. Kita dapat tujuan ke Hotel Majapahit dan Patung Joko Dolog. Naek angkot 2 kali, terus jalan cukup jauh. Di hotel majapahit, resepsionisnya ramah banget. Sedikit jelasin tujuan kita, eh malah dikasih dokumen yang bercerita sejarah hotel majapahit, dan kita boleh keliling-keliling. Benar-benar karyawan hotel bintang 5 ini nih.

Di hotel majapahit didampingi 2 cewek.. uhuy..

Setelah itu kita ke lokasi Patung Joko Dolog yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Cukup miris lihat lokasi situs sejarah ini yang ada di sela-sela gedung mall dan kurang terekspos. Hari minggu tutup, jelas gak bisa jadi tempat kunjungan keluarga dan anak-anak yang libur sekolah. Untungnya kita bisa masuk dengan ngomong ke penjaganya.

Balik ke lokasi karantina, kita diminta untuk mempresentasikan hasil observasi setiap kelompok. Setelah itu, kita dipersilahkan untuk mandi dan istirahat serta makan siang sebelum sesi berikutnya.

Siangnya, setelah kita balik ke Aula, ada alumni program SSEAYP dari Bali yang datang untuk share pengalamannya. Kita ngobrol-ngobrol santai di situ. Mbak Menur namanya, seorang yang luar biasa dengan penguasaan bahasa inggris yang hebat. Salut deh pokoknya.

Habis sharing alumni, kita main dynamic group. Semua peserta ditutup matanya, kemudian dibuat melingkar mengelilingi ruangan. Semua memegang satu tali yang panjang. Tujuan game ini adalah melihat team work dalam group. Kita harus membuat sebuah square atau persegi. 15 menit waktu pertama, saya merasa instruksi kurang efektif. Saya mencoba untuk usul ide, tetapi susah juga kalau ada di kumpulan orang-orang hebat. Selalu saja ada ide lain yang sebenarnya malah memperumit ide utama. Sebuah pelajaran lagi.

Seingat saya dulu saya pernah main game ini juga di salah satu pelatihan leadership. Karena peserta lainnya sudah pada mengenal saya, jadi ketika saya mengajukan diri jadi leader, semua setuju dan percaya. Instruksi pun jadi bisa mereka tangkap dengan mudah, dan misi berjalan lancar. Tapi berbeda di sini.

Di kesempatan kedua yang cuma 3 menit pun saya inisiatif untuk memberikan instruksi. Tapi ternyata susah juga memberikan instruksi kepada 23 orang yang sama-sama ingin jadi pemimpin. Padahal saya sudah mencoba memberikan isntruksi yang runtut, sederhana, dan efisien, tetapi ternyata nggak semuanya mengerti apa yang saya instruksikan. Ya bukan salah mereka sih, saya pasti mengembalikan kesalahan ke saya. Saya perlu banyak belajar dalam mengkomunikasikan suatu ide.

Setelah itu, kita tiba-tiba diminta untuk memakai kostum perform dalam waktu 5 menit. What? Untuk apa ini? Bahkan saya yang nggak bawa kostum daerah diminta untuk entah bagaimana bisa terlihat lebih berdaerah. Akhirnya saya pakai celana kain biasa dan kemeja lengan panjang. Untungnya saya dapat pinjaman dari pak guru Risky yang tarian remo-nya keren banget. Saya dapat pinjaman kain yang mirip selendang yang namanya kendit. Saya dibantu sama Elfina untuk memakainya, dan kata temen-temen, saya jadi mirip penyenyi batak. Haha…

Nggak lama, kita dikasih amplop yang isinya uang dan surat yang memerintahkan untuk segera ke stasiun Gubeng jam 14:45. Ngapain ya? Benar-benar diluar ekspektasi lagi. Meski saya sudah tahu dari cerita temen yang pernah karantina tahun kemarin, masih saja ngerasa excited. Kita diminta untuk perform pertunjukan seni yang telah disiapkan sebelumnya.

Semua barengan carter 2 angkot. Di perjalanan kita ngobrol sambil latihan. Kayak mau parade aja, waktu di perempatan dilihatin sama pengguna jalan lainnya. Haha..

Di koran surya

Sampai di stasiun, kita turun di pintu depan dan jalan masuk ke ruang tunggu. Semua mata memandang kita. Masuk di ruang tunggu penumpang, sudah ada sound system dan juga wartawan yang siap ngeliput. Ya, kita disuruh perform di situ. Saya sendiri nggak grogi, nggak malu, nggak ada perasaan apa-apa. Benar-benar empty dan siap merasakan asyiknya sesi ini. Gila-gilaan deh, setiap kelompok menunjukkan performnya. Di sini peran kelompok lain sangat diperlukan untuk membantu menarik perhatian pengunjung lain serta ikut nyanyi biar lebih menarik. Perform ditutup dengan nyanyi Rek Ayo Rek bareng-bareng.

Seru banget acara itu. Sebuah pengalaman yang mengesankan. Sayang sekali saya merasa nggak bisa bantu banyak karena kemampuan saya yang terbatas. Itu artinya saya harus lebih banyak belajar lagi. Kita balik ke lokasi karantina dengan perasaan yang luar biasa. Oia, ini masuk headline metropolis jawa pos dan beberapa koran lain loh, termasuk di detik.com.

Ada di headline metropolis jawa pos

Sesi terakhir adalah interview setiap calon oleh panitia. Kita gantian masuk ke ruangan. Saya dapat giliran pertama nih. Yang gak enak, salah satu pertanyaan adalah siapa peserta yang kamu anggap patut tidak diloloskan. Wah, bisa ngerasa bersalah kalau pendapatnya diutarakan secara subyektif. Mau nggak mau mesti obyektif, meski tetap menyakitkan.

Karena satu-persatu, jadi cukup lama sesi ini. Kita ngobrol-ngobrol di depan aula. Rame banget deh, dan baru kelihatan nggak jaimnya ya waktu ini. Telat banget ya, udah masa-masa akhir. Mulai dari godain Agri sama Mirsya, ketawa ngelihat Vikhi pose ala model majalah playgirl, pijet-pijetan bareng Amel dan Agus, cerita-cerita sama Lucky dan Kiky yang sering keluar negeri, ngerjain Mofit yang konyol, denger Mukti nyanyi yang suaranya kayak Jason Mraz, dan macem-macem lagi. Kita habiskan waktu-waktu terakhir sebelum perpisahan menjadi waktu terbaik.

Oh iya, saya juga minta digambarkan karikatur oleh Agri. Ini jadinya, keren banget gambarnya, termasuk modelnya.. Hehe..

Karikatur saya oleh Agri

Selesai interview, kita masuk lagi ke ruangan aula. Panitia menutup acara dengan flashback perkembangan setiap panitia dari awal masuk program. Sungguh mengesankan. Peserta juga diberikan waktu untuk mengutarakan kesan pesannya. Kebetulan saya juga ingin bilang sesuatu, bahwa karantina ini memang “out of the box of my world”. Gimana nggak, saya yang biasanya bergelut di bidang IT, komunitas orang IT dan bisnis, kegiatan sosial cuma berhubungan dengan environment, gak ada hubungannya sama budaya, tiba-tiba ikutan acara seperti ini. Benar-benar exciting deh, nggak rugi dapat pengalaman baru seperti ini.

Perpisahan, kita foto-foto bareng. Sudah jam 11an, semua packing untuk siap-siap balik ke kediaman masing-masing. Karena saya masih ada tanggungan sepatu olahraga yang dapat pinjam, jadi saya putuskan buat nginep di kos sahabat lama, Himma. Sementara 5 peserta lain yang dari Malang sepakat untuk pulang langsung naik travel. Paginya saya bangun subuh, terus pulang naik bus. Niatnya sih ngejar kuliah pagi, tapi apa daya gak jadi masuk, malah gak masuk seharian. Haha…

Kesimpulannya…

Awalnya saya cukup pede ikut acara ini. Waktu dulu ikut Mawapres Kopertis 7, saya cukup yakin setidaknya bisa dapat nama di situ. Dan memang benar. Tapi di sini? Beda banget. Daripada kompetisi, saya malah merasa sedang ada di sebuah sekolah di mana saya baru saja masuk. Saya merasa berada di titik nol lagi di mana saya bisa belajar dari siapa saja. Orientasi saya pun berubah menjadi pembelajar murni. Ya, saya memang masih perlu banyak belajar di dunia yang baru ini.

Kalau saya tetap terpilih untuk berangkat, ya Alhamdulillah. Kalaupun nggak, saya juga nggak menyesal untuk mendukung mereka yang layak berangkat. Karena nyatanya memang mereka yang lebih layak daripada saya yang masih nol ini. Satu kata yang akan saya teriakkan untuk mereka yang berangkat, “SEMANGAT..!!”.

Panitia pun gak kalah menginspirasi. Ada mas Donny, mas Eri, mas Diri, mas Luthfi, mas Yesa, mas Adit, mbak Atri, mbak Lia, mbak Nana, dan semua PCMI Jatim yang muncul cuma sekilas, jadi nggak hafal. Hehe… Suatu saat, saya pasti akan menjadi seperti mereka, atau bahkan lebih. Amiiin…

Belajar banyak karakter yang berbeda sungguh menyenangkan. Apalagi ketika sharing ilmu-ilmu baru. Saya ini orangnya suka menggali ke samping, bukan menggali terlalu dalam. Jadi saya suka menyerap apa pun ilmu yang ada di depan saya, entah psikologi, ekonomi, bahasa, seni, dan sebagainya. Dan ini suatu ilmu baru yang tentu akan masuk di kepala saya.

Karena saya sering koar-koar di twitter maupun facebook, sepulang dari karantina ini banyak yang tanya ke saya gimana hasilnya. Daripada cerita berkali-kali, mending nulis di blog post ini aja. Jadi nanti tinggal mereferensikan ke sini. Hehe… Dan nggak nyangka, tulisan satu post ini sampai-sampai jadi 4600an kata loh. Untung saya punya 10 jari kecepatan tinggi kalau lagi di atas keyboard. Hahaha…

Mohon maaf bila terjadi salah penulisan nama. Hehehe…Saya benar-benar nggak ada banyak foto, karena hape saya yang multi fungsi disandera panitia selama karantina.

50 Comments

Leave a Reply to Maulidi Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.