Change

Karena setiap manusia bisa berubah

Yang namanya perubahan, harus terjadi. Kalau nggak gitu, kita hanya akan stuck di satu tempat saja, nggak ada perkembangan. Perkembangan? Ya, sebaiknya perubahan itu menuju arah perkembangan. Seperti perkembangan software, dari versi 0.1, alpha, beta, RC, sampai final version.

Kalau di analogikan, manusia sepertinya juga akan sama. Seperti yang dibilang Budi Rahardjo waktu seminar di Semen Gresik, beliau saat ini sudah sampai Budi Rahardjo versi 3.0. Wah, 3.0 itu bukan suatu perkembangan yang mudah menurut saya. Kenapa?

Saya sendiri, saat ini merasa belum benar-benar menjadi versi 1.0. Sebab dipikir-pikir dari sisi kepribadian, saya masih belum stabil. Artinya, masih sering berubah dari satu kepribadian ke kepribadian lain. Atau mungkin, masih mencari jati diri. Kadang jadi pendiam, kadang rame banget. Kadang senang keramaian, kadang menikmati kesendirian.

Sekedar jadi buku harian saja, di post ini saya coba mereka ulang peristiwa-peristiwa yang cukup mempengaruhi saya untuk merubah kepribadian saya.

Mbolang – Backpacker

Sebuah mimpi untuk kenyataan masa depan

Menikmati alam, menjadi sebuah hal yang cukup menenangkan hati saya. Saya sering melakukan itu sendiri saja. Memandang langit malam penuh bintang pun, sudah memberikan rasa ketenangan tersendiri. Melihat hijaunya sawah di pedesaan pegunungan, memberikan kesejukan buat hati saya. Ya, itu semua ciptaan Allah Yang Maha Esa, yang harus kita syukuri dan nikmati.

Beberapa waktu yang lalu, tercetus keinginan kuat untuk bertualang. Yah, niat ini nggak muncul begitu saja sih, tentunya dengan trigger-trigger tertentu. Salah satu mimpi saya memang adalah keliling dunia. Tapi itu masih lama, setidaknya dalam waktu 3-5 tahun baru bisa terwujud. Tapi hasrat untuk bertualang kan nggak harus hanya keliling dunia yang membutuhkan banyak uang. Dengan sebuah tas punggung saja, saya pikir bisa bertualang juga, setidaknya untuk keliling Indonesia.

Awalnya dulu pingin keliling Indonesia dengan hanya modal sepeda motor saja. Tapi apa daya, karena alasan keamanan dan ketersediaan sepeda motor untuk keluarga, saya harus mengurungkan niat tersebut. Alternatif lain adalah dengan murni backpacker-an dan naik angkutan umum. Wah, tapi dipikir-pikir itu bakal mengeluarkan cost yang besar nih.

Ketika Ketenangan Hati Dibutuhkan

Cara saya mencapai ketenangan hati

Fyuh, lagi rehat garap proyek web bersama tim sebentar, disempet-sempetin nulis post ah. Setidaknya ini lebih baik daripada mikir masalah yang gak kelar-kelar itu. Eh, tapi apa mending ngerjain naskah majalah aja ya? Ya sudahlah, sudah terlanjur buka notepad buat nulis post.

Hari ini ada yang bilang di twitter, kok isi tweet saya ngedumel melulu sih. Haha, maaf-maaf. Memang lagi gak enak hati nih. Dengan mepetnya deadline, gundahnya perasaan, panasnya gresik, ditambah lagi bosennya PKL, apa-apa jadi bikin emosi. Untungnya saya kalo emosi cuma di hati dan dunia maya, nggak sampe berimbas ke sekitar. Tapi jadinya emang malah kepikiran sendiri. Dari kecil saya ini emang dasarnya kalo ada pikiran, lama hilangnya. Haha.

Ngomong-ngomong tentang emosi, bisa nyambung juga ke masalah ketenangan hati. Ya, ketenangan hati. Itu yang sedang saya butuhkan sekarang. Blog ini aja artinya adalah ketenangan Haqqi (HQ’s Serenity).

Entrepreneur di Bidang Teknologi Informasi, Susah?

Salah satu mimpi saya

Sekarang jamannya berwirausaha. Dimana-mana ada seminar tentang bikin usaha sendiri. Kampus-kampus yang mengedepankan pengajaran entrepreneurship juga semakin banyak bermunculan. Yah, salah satunya memang kampus saya sih. Usaha yang mau dilakukan bisa berbagai macam. Dari makanan sampai alat berat juga bisa. Saat ini, makanan memang masih menjadi ladang wirausaha yang menjamin. Gimana gak menjamin, setiap manusia kan butuh makan. Setiap ada acara makan-makan, pasti lebih milih ke rumah makan atau manggil catering biar gak repot. Akhirnya, semakin berjayalah para entrepreneur bidang makanan. Tapi kalo nggak benar-benar punya skill masak, atau benar-benar bermodal untuk bayar tukang masak yang bagus, ya tetep aja repot.

Bidang lain yang cukup “berladang” saat ini adalah dunia Teknologi Informasi. Blogging, online shop, main-main di forum, online writer, dan sebagainya menjadi kegiatan yang bisa menghasilkan uang. Buat yang mau benar-benar freelancer, bisa masuk ke getafreelancer.com. Buat yang mau jualan, juga banyak tempatnya. Yang mau produksi, bisa bikin theme atau program-program yang disebarin lewat internet. Cloud application berbasis servis juga semakin marak beredar.

Seberapa besar sih peluang sukses untuk berjuang di dunia Teknologi Informasi?

Seleksi Mawapres 2010

Sebuah kewajiban yang mendadak datang pada saya

Ini mungkin sudah cerita basi, tapi karena baru sempat nulis post ini, jadinya ya baru bisa publish. Sebenarnya kemarin-kemarin saya lagi dirundung masalah sih, jadinya nggak mood nulis. Hehe. Sudahlah, yang penting sekarang sudah bisa nulis lagi.

Seleksi Mawapres 2010, atau singkatan dari Seleksi Mahasiswa Berprestasi 2010, adalah seleksi yang diadakan tahunan oleh pemerintah untuk mencari mahasiswa yang berprestasi tidak dari sisi akademik saja, tetapi juga sisi non-akademik. Ini definisi dari pedoman Mawapres resmi.

Mahasiswa Berprestasi adalah mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi, baik akademik maupun non-akademik, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bersikap positif, serta berjiwa Pancasila.

Setiap Universitas berhak mengirimkan satu saja perwakilan mahasiswa untuk bersaing dengan mahasiswa lainnya. Untuk mencapai seleksi tingkat nasional, bagi mahasiswa dari perguruan tinggi negeri bisa dengan mudah lolos, karena begitu menjadi perwakilan Universitas-nya, langsung bisa mengikuti seleksi tingkat nasional. Tapi bagi mahasiswa dari perguruan tinggi swasta (baca: salah satunya adalah saya), harus melewati satu layer tambahan. Setelah seleksi di level Universitas, masih harus seleksi di level Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta), baru bisa masuk ke tahap nasional. Dan sayangnya, yang diambil dari tiap kopertis hanya 2 orang saja.

Ok, saya akan coba ceritakan dari sudut pandang dan pengalaman saya selama mengikuti seleksi ini (meski nggak sampe tahap nasional).

Bromo – Bani Sun’an in Action

Ketika sebuah keluarga besar wisata alam

Acara ini sebenernya sudah minggu lalu, tapi lagi-lagi baru sempat nulis postingnya. Sudah sejak lama keluarga besar saya, bani Sun’an (nama kakek saya), nggak pernah keluar bareng. Kalau nggak salah, sejak kesehatan nenek saya sudah semakin parah. Waktu kecil dulu, sering banget keluarga besar saya ini jalan-jalan entah kemana, rame-rame. Jadi kangen. Tapi setelah para cucu-cucu udah besar semua, pasti ada aja alasan kenapa nggak bisa keluar bareng.

29303132