Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 12 Oktober 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google. Beberapa kata ganti dan mention nama saya permudah, agar lebih nyambung dibaca di sini.
Tulisan kali ini tidak akan sepanjang dua tulisan sebelumnya. Bukan untuk menceritakan kisah yang sudah berlalu. Tapi untuk menyambung value dari Walid, tentang keberlanjutan silaturrahmi.
Saat status ini ditulis, friendlist saya ada 1.924 orang (pertemanan). Friends FB milik Walid, ada 3.365 pertemanan. Mutualnya ada 62 orang. Sudah termasuk keluarga.
Saya, tipe orang yang tidak serta merta menerima ajakan pertemanan seseorang di FB. Buat saya, FB adalah ranah privat (saya usahakan) hanya untuk yang benar-benar pernah ketemu atau interaksi. Paling nggak, yang mutual friend-nya agak banyak.
Prinsip saya, buat apa friendlist FB banyak-banyak, tapi wall-nya saya gak ngerti dan gak related sama sekali. Beberapa yang radikal bahkan saya hide dari timeline. Lebih mengutamakan konten positif untuk kesehatan pikiran.
Di samping itu, saya seorang introvert tulen. Kurang nyaman bergaul dengan banyak orang yang tidak terlalu kenal. Lebih punya dunia sendiri. Ini salah satu perbedaan sifat saya yang mendasar dengan Walid yang supel.
Tapi setelah ini, saya akan approve semua friend requests yang memiliki mutual Walid. Dan juga semua yang kirim kesaksian baik di wall/timeline Walid, saya akan add friend. Kalau saya lupa atau belum kenal, mohon untuk menyapa saja.
Mohon beri info relasi apa dengan Walid, karena hampir impossible untuk hafal semua kenalan Walid satu-persatu. Saking banyaknya. Kalau lupa, tolong diingatkan. Insyaallah dibalas, untuk tetap menjalin silaturrahmi.
Kalau kurang nyaman dengan timeline saya, bisa juga bersilaturrahmi dengan adik Aviq yang mengikuti jejak Walid sebagai PMII. Atau bisa dengan si bungsu Lubbi yang kuliah di kampus tempat Walid mengajar.
Terakhir. Nitip klarifikasi. Di sebuah forum tahlil kemarin malam, ada testimoni yang mengatakan bahwa Walid mempunyai comorbid yang memperparah infeksi covid.
Setahu kami selaku keluarga, Walid tidak punya comorbid. Hanya kolesterol darah yang agak tinggi. Tapi tidak ada diabetes. Rajin olahraga tenis di depan rumah.
Insyaallah, bukan karena comorbid. Semuanya adalah Qadarullah.
Edit 15 Juli 2021:
Setelah melewati hampir 1 tahun, kami sekeluarga sempat ngobrol-ngobrol. Bisa jadi Walid punya komorbid. Tapi gak mau cerita siapa-siapa. Takut Ama panik dan khawatir. Hanya beliau yang tau.