Merenung Ketika Hilang Arah

Dulu saya sempat menentukan goal hidup saya setahun ke depan. Sebagian besar tercapai, sebagian lagi tertunda, dan sebagian lagi batal karena ganti arah. Saya menentukan goal itu juga karena sering mengikuti seminar-seminar motivasi yang mana selalu menganjurkan untuk menentukan goal. Gak ada salahnya emang, toh saya jadi punya target sendiri yang harus saya berikan komitmen dengan sungguh.

Setelah “tahun berlaku goal” tersebut habis, entah kenapa saya jadi agak takut untuk menentukan goal saya ke depan. Saya agak blank dengan jalan yang harus saya tempuh. Terutama karena masa-masa lulus kuliah, yang mana harus saya tentukan secepatnya. Di mata orang lain saya mungkin terlihat sudah cemerlang dan bisa apa saja, tapi saya menyadari bahwa saya tidak setinggi bayangan orang lain.

Memang saya punya goal untuk 5 tahun setelah saya lulus. Goal yang cukup nyeleneh untuk manusia seusia saya. Pengaruh lingkungan dan kegiatan sangat kental di goal yang saya tentukan tersebut. Dan saya sendiri punya cukup keyakinan untuk meraihnya.

Tapi ternyata menjalaninya gak mudah. Membuat breakdown yang terstruktur untuk tahunan, bulanan, hingga harian sangatlah perlu konsistensi. Sampai detik blog ini terpublish pun, yang ada hanyalah rancangan di dalam kepala saja. Belum ada blueprint yang lengkap hingga sampai level “nama” orang atau peran orang yang saya butuhkan.

Satu tahun berjalan, terasa kurang menunjukkan performa. Berbagai masalah menerjang, mulai dari yang menyusahkan, hingga membuat nyaman. Tapi sebelum menulis post ini, saya putuskan untuk menentukan waktu khusus untuk merenung setiap harinya. Setidaknya, 30 menit setiap hari. Agar saya bisa introspeksi hingga memikirkan rencana-rencana yang harus dijalani untuk mencapai goal 5 tahun saya. Bismillah, saya pasti bisa!

6 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.