Ruang Salah

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol cukup panjang dengan Bayu Sava, anak pertama dari (almarhum) Pak Johan Sava, pemilik Togamas. Siapa yang tidak kenal Togamas, toko buku yang sekarang sudah punya 24 cabang di seluruh Indonesia. Kami ngobrol cukup banyak hal, karena sudah sekitar setahun lebih tidak ketemu. Pertama kali ketemu dulu waktu dia pingin bikin website baru untuk usaha server game-nya, iGame Community.

Salah satu bahasan yang cukup menarik adalah tentang “ruang salah”. Susah mendefinisikannya secara tertulis, tapi akan saya coba.

Ruang salah di sini adalah suatu kondisi di mana ketika kita melakukan kesalahan, jatuhnya gak sakit-sakit amat. Ruang salah adalah sebuah ruang tempat kita mencoba segala tantangan yang menurut kita cukup menarik untuk dijalankan.

Seperti ibarat kita merangkak, mencoba berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi, dan tiba-tiba kita punya kemampuan untuk berlari. Ruang salah seorang bayi adalah sebatas tinggi badannya dengan lantai tempat dia ingin berlari. Bukan suatu hal yang terlalu menyakitkan bila tersandung lalu jatuh.

Yang paling mudah adalah memberi contoh dalam menjalani langkah menjadi entrepreneur. Menjadi pengusaha itu penuh risiko. Risiko kerugian, risiko tertipu, risiko kekurangan resource, dan berbagai risiko lainnya. Paling terlihat adalah risiko finansialnya. Rugi besar, dan harus mengganti. Belum lagi tanggungan keluarga dan yang lainnya.

Beruntunglah si Bayu, punya ruang salah sebegitu besar dalam menjalani hidupnya sebagai pengusaha. Berkat kerja keras bapaknya, dia punya ruang salah yang begitu besar. Sederhananya, dia tidak perlu khawatir akan rugi dalam merintis usahanya. Dia tidak perlu susah payah mengumpulkan dukungan dana untuk ekspansi bisnisnya. Walaupun, bukan berarti dana miliknya itu tak terbatas.

(Almarhum) Pak Johan pun orang yang luar biasa. Menyediakan ruang salah ke anaknya, bukan berarti beliau begitu memanjakannya, atau berlebihan mengaturnya. Sang anak dibiarkan bereksplorasi sesuai bidang minatnya. Sang anak tidak dipaksa untuk meneruskan usaha yang telah dirintisnya, tapi justru disupport dalam segala hal yang si anak butuhkan untuk mengembangkan bakatnya.

Berbeda dengan saya, yang memiliki ruang salah yang tidak seluas Bayu. Walaupun demikian, saya tetap harus berani mengambil langkah, meskipun saya tidak tahu apakah saya ada di jalan yang benar atau salah. Saya tidak boleh takut salah. Saya tidak boleh menyerah. Tidak ada yang bisa menjawab garis akhirnya, selain waktu yang nanti tiba.

Kami sepakat, bahwa orang yang tidak pernah salah selama hidupnya, justru sebenarnya ada suatu kesalahan di dirinya. Mumpung masih memiliki ruang salah, maka berjalanlah, hingga habis sudah jatah salahmu. Jangan sampai menyesal karena tidak pernah melangkah karena takut salah dan gagal.

Malam itu berlalu dari jam setengah 8 malam, hingga 11 malam. Itu pun kami terpaksa pulang karena cafe tempat kami nongkrong sudah mau tutup. Sebuah obrolan malam yang luar biasa, bersama orang yang luar biasa.

5 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.