• Home
  • /
  • Tag Archives:  Reflection

Fokus dan Konsistensi Itu, Gak Cukup Sebentar Saja

Sudah lebih dari setahun, saya setengah nekad menjalani profesi saya ini. Dengan menginisasi sebuah tim kecil, hingga sekarang menjalankan dua buah perusahaan. Dari sejak lulus kuliah tahun 2011 lalu, hingga sekarang, saya tetap konsisten. Berbagai godaan, rintangan, dan halangan, juga telah saya lalui. Ujung-ujungnya, saya selalu mencoba mengambil pelajaran dari sana.

Salah satu pelajaran yang saya ambil adalah tentang fokus dan konsistensi. Seperti judulnya, fokus dan konsistensi itu gak cukup hanya sebentar saja. Otomatis, yang namanya konsisten intinya adalah harus tetap menjalani apa pilihan kita selama mungkin. Sedangkan fokus, menjadi pasangan yang pas untuk memaksimalkan konsistensi tersebut.

Pelajaran dari 500 Rupiah

Beberapa belas tahun lalu, ada seorang anak, yang mungkin masih kelas 1 SD. Masa di mana uang saku yang diberikan orang tuanya hanya 100 rupiah sehari. Tanpa dia tau berapa uang saku teman-teman lainnya, dia tetap menikmatinya. Bahkan, masih sempat berbagi dengan teman yang malah tidak punya uang saku untuk sekolah. Ya, orang tuanya selalu mengajarkannya untuk berbagi. Kepada yang kurang mampu tentunya, bukan kepada yang sok tidak mampu.

Hari demi hari berjalan, hingga tanpa sadar dia punya uang sejumlah 500 rupiah. Jumlah yang sama dengan tabungan 5 harinya dia, apabila berjuang penuh menahan diri untuk tidak menjajakan uang sakunya. Memang bukan jumlah yang besar, namun sudah cukup untuk meraih kebahagiaan sejenak. Ingin sekali dia menjajakan sesuatu yang tidak biasanya dia bisa beli.

Saya Masih Hijau

Dengar kata “hijau”, jadi ingat warna favorit seseorang yang pernah berarti bagi saya. Tapi bukan itu inti post kali ini. Post ini terinspirasi dari obrolan singkat saya dengan seorang politikus lokal, tentang bagaimana pemikirannya. Dari cerita singkat itu, saya seketika menyadari lagi betapa hijaunya saya.

Ya, saya yang hijau. Saya yang akhir-akhir ini sedikit sombong karena mengingat tagline “si cerdas yang pemalas”, yang dulu pernah saya pakai. Saya yang sejenak merasa sudah tidak perlu lagi serius belajar untuk mengembangkan diri. Sebuah sifat yang seharusnya tidak saya pelihara untuk mencapai tujuan hidup saya. Alhamdulillah saya tercerahkan lagi.

Kerja: Perusahaan Raksasa, atau Perusahaan Kecil yang Mengapresiasi Anda?

Sudah lebih dari setahun saya mencoba menjalankan usaha saya. Berawal dari idealisme pribadi untuk pensiun dini, saya start Mimi Creative dengan total sebagai tim ber-4. Sekitar setahun berlalu, saya mendapatkan rezeki untuk mengembangkan sayap di ranah aplikasi mobile, dengan nama Tomatech Mobile. Dari kedua perusahaan tersebut, saya banyak belajar bagaimana memulai sebuah usaha.

Kali ini saya ingin berpikir sedikit mengenai pilihan hidup dalam hal pekerjaan utama. Dulu saya sempat galau juga dalam memilih pekerjaan saya, sebelum akhirnya saya ikut Asosiasi Manajemen Indonesia cabang Malang, dan teracuni untuk langsung terjun di dunia wirausaha dengan modal tanpa pengalaman. Jadi, meskipun saya ingin membahas bagaimana dampak memilih antara perusahaan raksasa atau perusahaan kecil, bisa jadi saya hanya menjelaskannya secara subyektif, karena saya gak tahu rasanya bekerja di perusahaan raksasa.

Merenung Ketika Hilang Arah

Dulu saya sempat menentukan goal hidup saya setahun ke depan. Sebagian besar tercapai, sebagian lagi tertunda, dan sebagian lagi batal karena ganti arah. Saya menentukan goal itu juga karena sering mengikuti seminar-seminar motivasi yang mana selalu menganjurkan untuk menentukan goal. Gak ada salahnya emang, toh saya jadi punya target sendiri yang harus saya berikan komitmen dengan sungguh.

Setelah “tahun berlaku goal” tersebut habis, entah kenapa saya jadi agak takut untuk menentukan goal saya ke depan. Saya agak blank dengan jalan yang harus saya tempuh. Terutama karena masa-masa lulus kuliah, yang mana harus saya tentukan secepatnya. Di mata orang lain saya mungkin terlihat sudah cemerlang dan bisa apa saja, tapi saya menyadari bahwa saya tidak setinggi bayangan orang lain.

Berjejaring

Sekedar refleksi singkat (daripada bulan ini nggak ada tulisan)

Menjalani bisnis dari nol, ternyata gampang-gampang susah ya. Berbekal pengalaman seadanya, belum pernah kerja kantoran dalam waktu lama, apalagi nggak pintar-pintar amat. Tapi, tetap harus dijalani dengan sangat fokus dan cerdas. Kalo nggak gitu, buat apa pengorbanan selama satu tahun terakhir ini. Hehe…

Usut punya usut, salah satu kunci untuk kesuksesan adalah berjejaring, atau istilah yang lebih islami adalah silaturahim. Simple memang, dan jangan kaget kalau hasilnya nggak langsung kelihatan di depan mata. Justru kunci yang satu ini akan memiliki dampak panjang ke depannya. Ya, karena kita tidak ada yang tahu apa yang ditakdirkan oleh Yang di Atas.

12345