Stay Strong, Good People!

Sebuah refleksi singkat di hari-hari normal dalam pandemi. Karena pandemi adalah new normal.

Kami pikir… Atau setidaknya, saya pikir… pandemi ini sudah mau berakhir.

Ketika akhir tahun 2020, hampir semua saham naik. Bull market. Bisnis naik.

Ketika awal tahun 2021, jalanan Kota Batu semakin ramai dan macet oleh wisatawan luar kota. Semua berlibur.

Ketika quartal 2 tahun 2021, banyak stories tentang naiknya crypto currency. Tanda perdagangan “barang ghaib” mulai naik. Mall pun ramai.

Saya pikir… wafatnya walid di Oktober 2020 lalu hanyalah musibah untuk sebagian keciiil saja keluarga yang kurang beruntung. Sebagian besar lainnya beruntung. Saya iri pada mereka.

Sepeda Motor Walid yang Dijual

Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 9 November 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google. Beberapa kata ganti dan mention nama saya permudah, agar lebih nyambung dibaca di sini.

Si Hijau

Sepeda motor di foto ini aslinya adalah Honda Kharisma 125. Entah buatan tahun berapa. Sekitar 5 tahun lalu, walid beli dari tetangga. Bekas kontes katanya. Masih ada STNK, tapi sudah tidak ada BPKB-nya.

Waktu itu, memang sedang butuh sepeda motor. Tapi tidak ada biaya untuk beli baru. Maka berjodohlah akhirnya.

Sempat mau diurus BPKB-nya, tapi diurungkan karena harga pengurusan yang melebihi harga belinya.

Bagi yang sering bertemu walid di area Malang, pasti tahu. Sepeda motor inilah yang setia menemani berbagai undangan, pengajian, khutbah, ataupun sekedar silaturrahmi biasa.

Tentang Facebook Walid

Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 12 Oktober 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google. Beberapa kata ganti dan mention nama saya permudah, agar lebih nyambung dibaca di sini.

Tulisan kali ini tidak akan sepanjang dua tulisan sebelumnya. Bukan untuk menceritakan kisah yang sudah berlalu. Tapi untuk menyambung value dari Walid, tentang keberlanjutan silaturrahmi.


Saat status ini ditulis, friendlist saya ada 1.924 orang (pertemanan). Friends FB milik Walid, ada 3.365 pertemanan. Mutualnya ada 62 orang. Sudah termasuk keluarga.

Saya, tipe orang yang tidak serta merta menerima ajakan pertemanan seseorang di FB. Buat saya, FB adalah ranah privat (saya usahakan) hanya untuk yang benar-benar pernah ketemu atau interaksi. Paling nggak, yang mutual friend-nya agak banyak.

Kronologi Meninggalnya Walid Karena Covid-19

Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 11 Oktober 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google. Beberapa kata ganti dan mention nama saya permudah, agar lebih nyambung dibaca di sini.

Sebetulnya penanganan Mas Romdlon sudah terlambat, Mbak
Ini jangan-jangan karena malpraktek rumah sakit


Adaaaaa aja yang nyeletuk aneh-aneh. Bagi kami, terasa kesan menyalahkan. Baru dua ini yang saya dengar melalui adik Lubbi. Si bungsu yang mendampingi Ama (panggilan untuk Ibu) di rumah sejak awal Walid sakit hingga akhir hayatnya di rumah sakit.

Entah seperti apa yang ada di pikiran yang nyeletuk. Entah celetukan aneh apa lagi yang ada di luar sana. Saya yang (dengan sangat terpaksa) tidak bisa mendampingi di rumah Sengkaling, merasa tergelitik.

Gak Menyangka, Harus Secepat Ini Menguburkan Ayah Sendiri

Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 10 Oktober 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google. Beberapa kata ganti dan mention nama saya permudah, agar lebih nyambung dibaca di sini.

Kalau saja bukan meninggal karena covid dan bukan di masa covid, pasti rumahmu sudah ruame ini, qi.” kata mas Didit (kakak sepupu) di rumah Sengkaling, pagi di hari meninggalnya Walid.

Walid? Iya, panggilan anak-anaknya untuk almarhum Romdlon Muchammad. Sebuah panggilan yang tidak umum di masa orde baru untuk seorang ayah/bapak. Bahkan akhirnya digunakan oleh saudara sepupu Bani Sun’an semuanya untuk memanggil beliau.

We Will Miss Him, Walid

Ini adalah repost dari status Facebook saya, di tanggal 10 Oktober 2020 lalu. Setidaknya agar tersimpan di blog sendiri dan bisa dicari di Google.

Jarang posting foto keluarga ya? Iya, jarang. Karena menurut saya, lebih berharga momennya daripada foto-fotonya. Cukup dibagi di grup keluarga.

Tapi siapa sangka, ini adalah foto terakhir Bani Romdlon dengan formasi lengkap (sebelum nambah lagi). Momen mumpung pada ngumpul, request dari almarhum. Itu pun numpang di kuade nikahan sepupu. Setelah acara. Dengan tampilan sudah kulu-kulu.

123