Muhammad Fauzil Haqqi, S.Kom.

A New Beginning

7 Juli 2011. Di ulang tahun kampus saya yang ke-4 ini, secara resmi seuntai tali yang ada di topi wisuda saya, dipindah dari kiri ke kanan oleh Rektor. Yap, kata orang sih, kalau nggak wisuda ntar gelarnya kurang mabrur. Meski wisuda di kampus saya ini bisa dibilang tergolong cukup mahal, Alhamdulillah saya masih punya rejeki untuk bayar sebagian pakai uang saya sendiri.

Bersama keluarga, tapi kurang dua..

Alhamdulillah, 30 Juni 2011 kemarin secara resmi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung mengadakan yudisium untuk mahasiswanya. Saya termasuk dalam 63 mahasiswa yang teryudisium dengan predikat “dengan pujian”, anggap saja sama seperti Cum Laude di kampus lain lah. Dengan itu, secara resmi saya juga menyandang gelar S.Kom. di nama saya ini, yang awalnya panjang jadi tambah panjang.

Puji syukur saya panjatkan untuk Tuhan saya, Allah SWT. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada orang tua saya, adik-adik saya, saudara, sahabat, teman, guru, dosen, ASUS, Eiger, PLN, PDAM, abang tukang bakso, supir mikrolet, bengkel sepeda motor, pokoknya seluruh pihak yang telah berperan dalam hidup saya, terutama selama 4 tahun berjuang sebagai mahasiswa.

Mahasiswa adalah pengangguran yang memiliki status tertinggi di mata masyarakat. Katanya sih, lebih enak dipanggil mahasiswa meski gak lulus-lulus daripada sarjana tapi pengangguran. “Katanya” loh yaaaa…

Seperti layaknya lulusan dari institusi pendidikan, wisuda menjadi salah satu syarat de facto untuk hura-hura mensyukuri kelulusan itu. Sebenarnya sih, saya sendiri kurang sreg dengan wisuda sendiri. Masalahnya, saya juga nggak terlalu concern sama gelar kesarjanaan. Kalo udah nggak concern sama gelar kesarjanaan, so what dengan wisuda. Sudah buang-buang duit cuma buat salaman dan mindah tali dari kiri ke kanan, bikin capek lagi ngantri foto.

Ups, itu kalo dilihat dari perspektif “orang gagal”. Orang sukses sih, selalu berusaha mengambil hikmah dan mensyukuri apa yang ada, kemudian mengambil langkah yang tepat.

Pasca yudisium - Saya paling depan kedua dari kanan

Di sisi lain, bagi saya, wisuda ini salah satu cara untuk membanggakan orang tua saya yang telah mensponsori saya sepenuhnya selama 4 tahun masa studi ini. Iya iya, saya emang nggak terpanggil jadi salah satu penerima award mahasiswa terbaik. Tapi setidaknya saya harap ada perasaan bangga dari orang tua saya, melihat saya maju ke depan, menerima piagam wisuda. Soal mahasiswa terbaik itu, saya rasa orang lain bisa menentukan kok, siapa sebenarnya yang terbaik. Haha… *congkak mode on*

Ngambil foto acak dari FB, yang penting saya kelihatan keren.. hehe..

Selain itu, nggak ada salahnya kan punya gelar? Ya, gelar memang bukan sebuah jaminan untuk sukses berkarir. Banyak orang sukses tanpa mengenyam pendidikan formal dan terbukti jauh lebih hebat dari orang bergelar. Percuma punya gelar tapi kemampuan nol. Begitu kerja di perusahaan, gajinya gedhe tapi gak disukai rekan kerja karena kerjaan salah melulu. Tapi, kurang lengkap juga kalau punya skill gedhe tapi gak punya gelar. Bisa-bisa dapat berbagai kerjaan superman, tapi gajinya rendah. Lagi-lagi, jalan pemikiran orang sukses itu selalu pakai kata “dan”. Bukankah lebih baik punya gelar dan didukung juga dengan skill yang tinggi?

Nah yang pasti, wisuda itu bisa jadi ajang foto-foto dan kenangan tak terlupakan bersama teman-teman selama 4 tahun ini. Toh sebentar lagi kita berpisah menempuh jalan sendiri-sendiri. Apa ruginya sih uang sekian juta digunakan untuk sebuah kenangan yang tak akan terlupakan?

Selamat buat semua teman-teman yang diwisuda hari ini, selamat menempuh hidup baru dan sukses untuk semuanya. Universitas Ma Chung memang LUAR BIASA..!!

Sengaja nggak bawa kamera biar pas wisuda lebih banyak difoto daripada ngefoto. Jadi sampai detik nulis post ini cuma dapat foto pas yudisium, itu aja dari FB.

13 Comments

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.