Salah satu sponsor saya hingga menjadi seperti sekarang
Ini sebenarnya bukan lanjutan dari cerita saya tentang dunia perkuliahan, tapi hal yang saya ceritakan di sini berkaitan dengan salah satu hal yang mendukung saya di dunia perkuliahan. Ya, beasiswa!
VDMS adalah sebuah yayasan beasiswa, dan saya adalah salah satu alumni penerimanya. Program yang disediakan pun tidak hanya sekedar biaya pendidikan saja, tapi juga ada pelatihan bagi yang berprestasi. Saya pernah mengikuti salah satu pelatihannya, dengan nama Leadership Conference yang bertempat di Makassar. Sebuah pelatihan yang cukup membekas di ingatan saya, karena sebelumnya saya jarang mengikuti kegiatan semacam itu.
Cerita singkatnya, ada seorang pengusaha bernama Van Deventer yang duitnya dipinjam oleh seseorang untuk menjalankan sebuah perusahaan minyak di Indonesia. Setelah sekian lama, orang tersebut meninggal. Salah satu wasiatnya, biarkan dana tersebut tetap tersimpan sebagai saham, yang mana keuntungannya akan digunakan untuk membantu pendidikan pelajar di Indonesia. Dan kemarin saya baru tahu, kalau ternyata perusahaan tersebut ternyata sekarang bernama Shell.
Sejak tahun 2009 lalu, yayasan beasiswa Van Deventer Maas Stichting ini sedang getol-getolnya membuat sebuah asosiasi alumni. Karena beasiswa ini sudah dibagikan sejak dahulu kala (sekitar 80-an kalau gak salah), maka alumni yang sejumlah lebih dari 20 ribu orang itu pun sudah berpencar entah ke mana. Jaman teknologi seperti sekarang sih, data pasti tersimpan. Tapi jaman dulu? Tentu susah untuk men-trace satu-persat kontaknya.
Karena itu, salah satu strateginya adalah dengan mengadakan regional meeting di daerah yang dianggap potensial. Potensial ini adalah dalam arti diperkirakan ada banyak alumni beasiswa VDMS ini di lokasi tersebut. Dan tanggal 12 November kemarin, Surabaya jadi salah satu sasarannya.
Saya sudah janji ke panitia kalau tanggal 12 itu pasti datang. Eh ternyata saya lupa kalau tanggal 11 adalah nikahan sepupu saya di luar kota, yang otomatis harus saya prioritaskan lah. Setelah berkoordinasi dengan keluarga, ternyata saya tetap bisa berangkat ke Surabaya, langsung dari TKP nikahan sepupu di Mojokerto. Yah, meski resepsi tanggal 12 bisa dibilang gak hadir, tapi masih ada resepsi yang di Malang tanggal 20-an nanti kok.
Tanggal 12 pagi, setelah sebelumnya sudah janjian bakal pinjam sepeda motor sepupu, saya berangkat ke Surabaya. TKP meeting adalah di Hotel D’Seasons Surabaya, daerah jalan Tenggilis. Berbekal Google Maps di HP saya, nekad deh berangkat sendiri. Eh ternyata, GPS di daerah Mojokerto agak aneh. Posisi saya di map gak sama dengan kondisi nyata. Efeknya, saya nyasar berkali-kali di daerah panas itu. Untungnya tetap sampe selamat di tujuan, meski terlambat 30 menit dari rencana awal.
Meski target peserta jauh di bawah yang diharapkan, acara tetap berjalan. Acara diawali dengan perkenalan para alumni. Ada yang dari tahun 80an hingga yang belum lulus. Ada yang kerja jadi guru hingga aktivis sosial. Sayangnya, yang datang dari Ma Chung cuma saya sendiri. Entah pada ke mana semuanya tuh. Asumsi saya sih, dari tanggal juga ada sedikit kesalahan. Mepet tanggal 11-11-11 itu adalah hari keramat yang mana akan ada banyak undangan nikahan dari berbagai kenalan. Selain itu, memang teman-teman yang lain sudah pada kerja di luar kota.
Yang lucu adalah, ternyata di acara ini juga ada pemilihan BPH Regional Representative. Sederhananya, pengurus cabang alumni regional Surabaya. Calon ketua dipilih dari wakil setiap universitas. Dan karena saya adalah satu-satunya perwakilan Universitas Ma Chung, otomatis sayalah yang jadi salah satu calonnya. Haha…
Sebenarnya, entah sejak kapan saya selalu tertantang dalam pemilihan seperti ini. Dari dalam hati kecil saya ada rasa ingin jadi yang terpilih, karena ingin berkontribusi dan mencari pengalaman di berbagai organisasi. Tapi saya juga sadar saya perlu menahan diri. Sudah terlalu banyak saya jadi “pentolan” di berbagai komunitas. Belum lagi ngurus usaha saya yang lagi banyak-banyaknya kerjaan. Kalau di tambah lagi satu ini, bisa jadi gak ada yang keurus karena gak fokus nantinya. Untungnya, ini bisa saya sampaikan waktu sesi orasi calon ketua. Dan ujung-ujungnya, saya gak dapat suara sama sekali dari 16 pemilih. Hehe..
Selesai pemilihan, ada sesi sharing dari salah satu aktivis lingkungan daerah Surabaya. Cerita yang dipaparkan sungguh luar biasa. Bahkan beliau sudah pernah bertemu dan bersalaman dengan Barrack Obama pada saat hari lingkungan hidup sedunia. Saya jadi tergugah lagi untuk semakin semangat mengembangkan usaha saya demi cita-cita 5 tahun ke depan membentuk LSM yang dananya ya dari perusahaan saya ini. Bismillah…
Acara selesai jam 3-an. Saya berencana pulang ke Mojokerto untuk balikin sepeda motor dan lanjut ke Malang bersama keluarga. Sekali lagi, dengan mengandalkan Google Map di HP saya. Karena daerah sepupu saya di Mojokerto bernama Sooko, saya search aja di Google Map. Eh ternyata, saya malah nyasar dan masuk ke kecamatan Sooko, daerah yang suasananya tepencil.
Perasaan rumah sepupu saya di daerah kota sih, ini kok ke pemukiman desa gini. 3 kali saya putar-putar tetap masuk daerah terpencil itu. Padahal sudah magrib, dan saya nggak kenal jalan. Akhirnya saya putuskan untuk keluar daerah situ, nyari jalan besar. Sengaja saya gak tanya-tanya ke siapa pun tentang jalan ke rumah sepupu saya. Saya mau mencoba menjadi e-backpacker yang mengandalkan Google Map. Dan ternyata, alhamdulillah saya sampai tujuan dengan selamat.
Nah, sekarang saatnya kembali menyelesaikan berbagai kerjaan yang begitu banyak namun tetap menarik untuk digarap. Semangat!
One Comment
Maya Basoeki
November 17, 2011 at 1:59 pmNice sharing…